Klaten (6/8) - Dewasa ini, kemudahan akses informasi merupakan hal fundamental untuk mewujudkan percepatan pembangunan dan kemajuan teknologi di desa. Terlebih lagi pada masa pandemi seperti ini, jika informasi-informasi penting hanya bisa diperoleh melalui tatap muka ke kantor kepala desa maka hal tersebut akan meningkatkan resiko penularan Covid-19. Saat ini, hal tersebutlah yang terjadi pada Desa Tambakboyo, Kec. Pedan, Kabupaten Klaten.Â
Informasi mengenai desa sangat minim tersedia di internet, praktis hanya informasi letak geografis dan astronomis saja yang tersedia di internet, yang akhirnya memaksa masyarakat desa mengunjungi kantor kepala desa untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Maka dari itu, mahasiswa KKN Undip membangun web profil Desa Tambakboyo yang akan berisi informasi wilayah dan kependudukan desa, informasi-informasi lembaga kemasyarakatan desa, visi dan misi, dan struktur pemerintahan.
Selain itu, Tambakboyo dikenal sebagai "Kampung Kaos" karena banyaknya usaha konveksi yang ada pada desa ini, namun sayangnya hampir tidak ada media internet yang mempromosikan keunggulan desa ini. Bertepatan dengan hal tersebut, website ini juga dapat digunakan sebagai media promosi desa, mulai dari potensi desa, tempat wisata, hingga promosi usaha-usaha kecil menengah masyarakat desa.
Serangkaian kegiatan dilakukan untuk dapat menghimpun data dan informasi sehingga dapat diangkat menjadi suatu artikel atau konten untuk dimuat ke dalam web profil. Salah satu kegiatan tersebut adalah pendataan UMKM. Dari kegiatan pendataan UMKM, penulis berhasil melakukan pendataan kepada 30 pelaku usaha konveksi, yang mungkin jumlahnya bisa lebih besar lagi. Segala konten terkait UMKM sudah termuat ke dalam web profil begitupun untuk konten-konten lainnya, untuk mengetahui lebih lanjut kunjungi:
- tambakboyopedan.site dan
- tambakboyo.000webhostapp.com
Pembuatan aplikasi tersebut dilatarbelakangi oleh temuan penulis per 7 Juli 2020, yang mana jumlah orang (WNI) yang telah melakukan pemeriksaan atau tes Covid-19 adalah 562.750 orang. Artinya, rasio orang yang telah melakukan tes Covid-19 adalah 2102 orang per 1 juta penduduk, angka yang masih kecil.Â
Untuk Kabupaten Klaten sendiri, berdasarkan laporan dari Solopos, rapid test dilakukan terhadap 4000-an orang dari 1,4 juta jumlah penduduk di Klaten. Artinya, rasio persentase belum mencapai setengah persen dari jumlah penduduk.Â
Selain itu, berdasarkan survei lapangan yang dilakukan oleh penulis banyak masyarakat yang memilih untuk tidak melakukan tes Covid-19 dikarenakan biaya yang cukup mahal, yaitu mencapai Rp.290.000 jika di Puskemas Kecamatan Pedan. Masyarakat memilih tidak melakukan tes Covid-19, apalagi di tengah penurunan ekonomi yang dialami seiring masa pandemi ini.