Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalau Kamu Orang Klaten, Perhatikan Hal Berikut Ini Sebelum Menikah

5 Oktober 2022   11:06 Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:19 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
budaya pernikahan jawa | sumber: pixabay.com

Semenjak hijrah ke Klaten, ada banyak perbedaan adat dan budaya yang saya temui, meskipun saya aslinya hanya berasal dari Karanganyar. Toh, kabupaten kami berbeda daerah jajahan. Kalau Karanganyar masuk dalam koloni Keraton Mangkunegaran, sementara Klaten (menurut RW saya) merupakan kekuasaan Keraton Kasunanan.

Selama tujuh tahun saya mempelajari adat pernikahan di Klaten. Seperti halnya di banyak daerah di Jawa, upacara pernikahan dalam budaya Jawa berpegang pada aturan baku/pakem turun temurun. 

Tata cara tersebut tidak hanya memperlihatkan nilai seni (estetika), namun juga mengandung makna filosofis. Masyarakat memiliki pandangan hidup bahwa pernikahan merupakan aktivitas yang sakral dan suci.

Adat istiadat pernikahan Jawa, termasuk Klaten berasal dari budaya keraton. Dulu, adat pernikhan dan segala rangkaian tetek bengeknya hanya boleh dilakukan di dalam tembok keraton, abdi dalem (pelayan raja), dan orang yang masih mempunyai keturunan dengan raja (priayi/bangsawan). Tahapan pernikahan biasanya dimulai dari tahap awal, tahap persiapan, tahap puncak acara, dan tahap akhir.

Tahap awal akan dimulai dengan ritual nontoni, lamaran, wangsulan, dan asok tukon. Selanjutnya adalah ritual seserahan, yakni upacara penyerahan barang-barang (perabotan rumah) dari pihak calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita sebagai syarat menjelang upacara pernikahan. Seserahan sebenarnya bukan acara yang baku, hanya sebagai kegiatan nguri-nguri melestarikan adat budaya yang sudah lama berjalan.

Di Klaten, seserahan biasanya dilakukan sehari sebelum upacara pernikahan, tepatnya di malam midodareni. Midodareni sendiri dimaknai sebagai upacara dengan mengharapkan berkah agar diberikan keselamatan dan kelancaran penyelenggara pernikahan. Biasanya dengan mengharapkan turunnya wahyu kecantikan (widodari) bagi calon pengantin wanita.

Selanjutnya upacara ijab yang merupakan acara utama (sakral dan suci) dari rangkaian ritual pernikahan. Calon mempelai pria dan wanita mengucapkan janji suci sehidup semati. 

Mengenai tempat dilaksanakanya ijab dan resepsi, sebagaian besar masyarakat Klaten berpendapat tempat ijab perlu dilakukan di luar rumah karena calon mempelai pria belum sah dan belum diizinkan masuk ke dalam rumah.

Sebelum upacara panggih (bertemunya mempelai pria dan wanita yang sudah sah atau resmi menjadi pasangan suami istri) dimulai, mempelai wanita sudah lebih dulu duduk di pelaminan bersama kedua orang tuanya. 

Prosesi yang dilakukan adalah menyerahkan sanggan (barang seserahan) kepada orang tua mempelai wanita. Jika seseorang mau menikah dan telah memiliki mahar, pasangan mempelai yang ingin melakukan panggih pengantin harus menggunakan kembar mayang atau megar mayang atau gagar mayang yang melambangkan mekarnya bunga pinang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun