Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

RIP Socrates: Bintang Sepakbola, Politikus dan Dokter

4 Desember 2011   23:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:50 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Seperti dilaporkan media olah raga online Spanyol, AS, telah meninggal dunia pada usianya yang ke-57 tahun, Socrates, mantan bintang sepak bola Brazil tahun 80-an  pada hari Minggu 4 Desember 2011 di Sao Paulo, Brazil.

[caption id="attachment_147381" align="alignleft" width="300" caption="Socrates (sumber: NRC.nl)"][/caption]

Piala Dunia Spanyol 1982 dan Meksiko 1986

Socrates adalah mantan kapten kesebelasan Brazil di piala dunia 1982 di Spanyol dan 1986 di Meksiko. Di lapangan hijau, pemain jangkung ini tidak hanya dikenal dengan rambut kribonya yang seringkali berheadband namun terlebih karena gaya bermainnya yang elegan dan inteligensianya yang tinggi sebagai play maker serta passing-passing akuratnya yang seringkali dilakukan dengan tumit.

Sayang sekali bahwa kualitas sepak bola yang tinggi dari pemain yang memiliki nama filsuf yunani ini tidak disertai oleh prestasi timnas Brazil di masa tersebut. Di bawah pelatih Tele Santana, tim Brazil pada masa Socrates yang diisi oleh pemain-pemain besar lainnya seperti Zico (si Pele putih), Falcao, Junior, Careca dan Toninho Cerezo seringkali dijuluki sebagai tim samba terbaik setelah masa Pele. Aneh sekali bahwa tim Brazil ini selalu gagal untuk mencapai babak semi final di kedua piala dunia tersebut (Spanyol 1982, Meksiko 1986).

Pecinta tim Brazil pada masa itu tentu tidak akan lupa pada gol indah yang dilesakan dari jarak jauh oleh Socrates ke gawang Rinat Dasaev (Uni Sovyet) pada pertandingan group di Piala Dunia Spanyol 1982. Namun para fans Brazil tentu juga tidak lupa kegagalan Socrates mengeksekusi tendangan penalti pada pertandingan melawan Prancis di Piala Dunia 1986 di Meksiko.


Corinthians dan revolusi

Lahir dengan nama lengkap Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira di Belem, Brazil tahun 1954, Socrates mengawali karir sepakbolanya di Botafogo, sebelum mencapai masa kejayaannya di klub Corinthians (1978-1984). Setelah Botafogo, Socrates pernah bermain juga di Fiorentina di Italia (194-1985) sebelum kembali ke Brazil dan bermain di Flamengo dan Santos sampai saat pensiunnya di tahun 1989.

[caption id="attachment_147382" align="alignright" width="300" caption="Democracia Corintiana (sumber: http://futebolfenomenosocial.blogspot.com)"][/caption]

Selama bermain di Corinthians, Socrates bersama dengan pemain Corinthians lainnya (Waldimir, Casagrande dan Zenon) mendirikan pergerakan Democracia Corintiana. Pergerakan ini merupakan pergerakan politik yang dilakukan oleh para pemain di dalam klub Corinthians dengan tujuan penentangan atas eksploitasi pemain sepakbola. Revolusi di dalam klub Corinthians berbuah dengan diikut seertakannya para pemain dalam pengambilan kebijakan-kebijakan klub seperti masalah kontak, pembuatan aturan-aturan latihan, dan sebagainya. Dengan moto "Ganhar ou perder, mas sempre com democracia" (menang atau kalah, yang penting demokrasi!), dalam klub, para pemain memiliki kekuatan suara yang sama dengan staf manajemen lainnya.

Lebih dari sekedar revolusi di dalam klub, kaos tim Corinthians saat itu seringkali bertuliskan pesan-pesan demokrasi yang cukup membuat pemerintahan diktator militer Brazil saat itu di bawah presiden Joao Figueriredo, kegerahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun