Hampir tidak ada lagi di dunia saat ini negara yang tidak melakukan pengetesan dan pengujian laboratorium sebagai upaya untuk pelacakan atau tracking atas penularan COVID-19. Indonesia pun melakukan hal yang sama.Â
Pengetesan yang saat ini bertumpu pada tes antigen dan tes PCR dilakukan dilanjutkan dengan uji sampel atau spesimen untuk mengetahui seberapa banyak kasus penularan yang terjadi. Hasil dari pelacakan itu pun dihimpun pada skala nasional dan diunggah pada situs Komite penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional: https://covid19.go.id/.
Hasil pelacakan setiap hari pun disajikan dalam bentuk tabel seperti contohnya pada tabel hasil pelacakan tanggal 13 Maret 2021 seperti di bawah ini.
Sungguh mati saya jadi penasaran saat mendengar kabar luar biasa gumbira dari Pak Jokowi pada tanggal 4 Maret 2021 seperti diberitakan di Detik.com  bahwa kecenderungan kasus positif COVID-19 telah mengalami penurunan. Bagaimana bukan kabar gumbira karena komentar Pak Jokowi itu dilontarkan hanya sekitar satu bulan setelah beliau mengkritik habis-habisan ketidak-efisien-an PPKM seperti diberitakan Kompas, 1 Februari 2021.Â
Dengan inisiatif sendiri tanpa dukungan pendanaan dari pihak maupun partai manapun, saya akhirnya mengumpulkan data harian yang disajikan situs penanganan COVID-19 sejak tahun baru Jumat pahing, 1 Januari 2021 sampai Sabtu pon, 13 Maret 2021 yang tabel lengkapnya bisa dilihat di akhir tulisan ini.Â
Dua variabel yang saya kumpulkan adalah jumlah spesimen dan penambahan kasus positif. Jumlah spesimen adalah jumlah uji laboratorium yang dilakukan sementara jumlah penambahan kasus positif adalah jumlah spesimen yang terbukti positif COVID-19 dari hasil uji laboratorium. Dengan dua variable ini kita bisa menghitung positivity rate dengan membagi jumlah kasus baru positif dengan total jumlah spesimen.
Ternyata data harian dari kedua variabel tersebut sungguh menunjukan lonjakan dan turunan yang besar alias fluktuatif sehingga secara kasat mata sulit untuk kita bisa mengambil kesimpulan atas kecenderungan yang terjadi.
Atas dasar itu maka saya pun melakukan penghalusan alias smoothing dengan menghitung rata-rata mingguan agar bisa membuat grafik yang menunjukan hubungan antara jumlah tes atau spesimen yang diuji dengan jumlah kasus positif baru yang lebih kuat.