Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menerjemahkan Roman adalah Seni!

27 Januari 2021   11:31 Diperbarui: 29 Januari 2021   22:15 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Roman yang Diterjemahkan. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Cara terbaik untuk bisa menghadirkan situasi asing tersebut adalah melakukan studi mendalam.

Saya sendiri menghabiskan cukup banyak waktu untuk mempelajari apa yang dilakukan Presiden Alberto Fujimori dan rejim-nya di tahun 90an, membaca berbagai artikel tentang situasi ekonomi, budaya, politik kota Lima dan negara Peru selama rejim tersebut.

Bahkan membaca bagaimana migrasi bangsa Jepang ke Peru dan negara-negara Amerika latin lainnya di awal abad yang lampau untuk bisa memahami siapa presiden Fujimori yang keturunan Jepang!

Keempat, kenali si pengarang!

Saya punya pandangan setiap penulis atau pengarang memiliki suatu misi besar lewat karya-karyanya. Saya juga percaya bahwa suatu kisah roman selalu merupakan buah pengalaman dan kisah hidup sang pengarang selain juga menggambarkan karakter, sifat, ego dari si penulis. 

Dengan demikian salah satu trik untuk menghasilkan suatu karya penerjemahan yang baik adalah mengenal siapa si penulis.

Saat mulai membaca dan menerjemahkan Cinco Esquinas saya belum pernah membaca satu karya pun dari Vargas Llosa sang pengarang. 

Untuk mengirit waktu, yang saya lakukan selain mempelajari biografinya adalah membaca berbagai essai maupun ulasan tentang karya-karyanya yang lain untuk memahami gaya maupun misi besar Vargas Llosa, membaca tulisan opini-opini politiknya maupun berita-berita di koran tentang pemenang Nobel 2010 itu.

Kelima, jangan menerjemahkan di saat capek!

Sama seperti menulis di Kompasiana menerjemahkan roman hanyalah suatu aktivitas saya untuk mengisi waktu senggang. Seringkali waktu yang saya miliki untuk menerjemahkan hanya di malam hari di kala saya sudah menyelesaikan semua pekerjaan utama saya.

Namun demikian, penerjemahan yang saya lakukan di malam hari saat sudah lelah selalu menghasilkan hasil terjemahan yang buruk dan saya ulang kembali penulisannya. Saya bisa menyimpulkan bahwa penerjemahan ternyata memerlukan kesegaran otak yang akan mendukung proses kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun