Cobaan (n) sesuatu yang dipakai untuk menguji (ketabaahan, iman, dsb).
Azab (n) siksa Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang melanggar larangan agama.
Berikut adalah definisi yang saya kutip dari KBBI. Ada satu kesamaan di antara keduanya, yakni, tentang ujian dari Tuhan kepada hamba-Nya. Namun kadang ketika kita menggunakan kedua kalimat tersebut sering kali tidak tepat. Tidak tepat yang saya maksud adalah kerancuan sudut pandang. Tentang "aku" yang baik dan "mereka" yang buruk.Â
Misalnya kita menceritakan atau ditanyai orang lain tentang permasalahan kita, maka yang biasa kita jawab adalah "Mungkin ini cobaan dari Tuhan". Sambil berekspresi empati, orang lain yang diajak cerita seolah membenarkan tentang makna cobaan yang diberikan kepada Tuhan kepada temannya. Kemudian nasehat bijak disampaikan agar lebih tabah lagi menghadapi ujian. Pamflet di depan mata penuh dengan kutipanÂ
"Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya".
"Badai pasti berlalu"
"Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"
Itu adalah versi yang pertama. Jika kita memberikan peristiwa lainnya. Misalkan kita menanyai tentang permasalahan orang lain. Maka jawabannya adalah "mungkin dia sedang terkena azab". Dalam pengertian yang hampir sama, namun menimbulkan kesan yang berbeda. Cobaan untukku, azab untuknya.
Kalau ditafsirkan lebih kaku lagi. Maka makna yang disampaikan adalah bahwa cobaan diberikan kepada orang baik (aku). Sedangkan azab diberikan kepada orang jahat (mereka). Membaiki diri. Bukan tentang sifat dasar manusia, namun lebih kepada cara memandang orang lain yang sering tidak mempunyai etika.Â
Jadi kalau boleh seidikt mengkritisi tentang manusia harus bersosial, yang terjadi dalam kasus di atas adalah, manusia yang mempunyai kehidupan rimba. Siapa yang menang, ia yang bertahan. Saling mengalahkan. Melihat sisi keburukan orang lain. Merasa lebih atas apa yang dipunyainya. Tuhan diakui hanya mecintainya dengan memberi sebuah cobaan. Sedang Tuhan diakui membenci orang lainnya dengan memberi sebuah azab. Sampai pada kerancuan makna tersebut adalah sikap saling tuduh. Karena aku (sudut pandang pertama) akan selalu mengaku dirinya baik. Sehingga takaran baik dengan pemberian cobaan hanya akan diprasangkai oleh dirinya sendiri, sedangkan yang lain akan menganggap itu sebagai azab.
Sebenarnya keduannya adalah makna hukuman atau peringatan yang diberikan Tuhan sesuai takar kemampuan seseorang. Sehingga istilah cobaan dan azab tidak terpisah dari makna denotatif dan konotatif. Introspeksi diri adalah sebuah kemulian menjadi manusia. Mungkin membalik anggapan bahwa mereka semua diberikan ujian, sedangkan aku diberikan azab.