Bogor (Kompasiana.com)Â - Permasalahan sampah adalah permasalahan yang serius di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, jumlah timbunan sampah secara nasional di tahun 2020 telah mencapai sekitar 67,8 juta ton sampah. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat yang semakin kompleks dan praktis.
Angka tersebut cukup memprihatinkan, karena gundukan sampah tidak hanya menimbulkan aroma tak sedap, tetapi juga penyakit, bahkan merusak dan dapat menyebabkan kepunahan habitat hewan di daratan maupun di lautan.
Permasalahan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah. Khususnya sampah rumah tangga dan lingkungan, memegang peranan pentinng yang dapat di lakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan konsep Bank Sampah.
Â
Bank Sampah merupakan sebuah terobosan inovasi dalam menjalankan misi SDGs (Sustainable Goals Development). SDGs merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang merupakan rencana aksi global (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara yang di mana harus memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target nya.
Salah satu tujuan SDGs dalam aksi penyelamatan lingkungan nya terdapat pada poin 15. Yakni menjaga ekosistem darat dengan habitat nya. Terkait adanya Bank Sampah, merupakan sebuah inovasi yang bisa menjaga ekosistem sekitar dengan mengurangi jumlah gundukan sampah yang ada. Karena Bank Sampah mampu membuat sampah yang tidak berguna menjadi berdaya guna.
Salah satu Bank Sampah yang aktif dalam menanggulangi masalah ini adalah Bank Sampah Srikandi Berdikari yang berlokasi di KP Pasarean RT 01 RW 01, Desa Pasarean, Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Berdirinya Bank Sampah Srikandi Berdikari
Pada pertengahan 2015, Posdaya Srikandi bekerjasama dengan Departemen ESL IPB (Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor), membentuk Bank Sampah yang merupakan bagian dari program Posdaya bidang lingkungan. Pada Maret 2016, dosen dan mahasiswa ESL IPB mengadakan sosialisasi tentang pemanfaatan dan pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Dalam sosialisasi tersebut dilakukan pendampingan dalam pembentukan Bank Sampah, dan menjadikan Desa Pasarean sebagai mitra Depertemen ESL IPB. Dengan sasaran lebih luas lagi yaitu mencakup satu RW yang terdiri dari 4 RT.Hal tersebut tentunya disambut baik oleh masyarakat terutama ibu-ibu yang notabene berhubungan langsung dengan sampah rumah tangga.
Selanjutnya masyarakat sekitar Kampung Pasarean melakukan kesepakatan untuk membentuk Bank Sampah. Maka pada 22 April 2016 terbentuklah Bank Sampah dengan nama "Srikandi Berdikari".