Gibran Rakabuming menyatakan keinginannya untuk maju dalam konstelasi pemilihan walikota Solo di pemilihan yang akan datang. Bak gayung bersambut, PDI-P partai penguasa kursi parlemen Kota Solo segera memberi tiket dalam pencalonannya. Akibatnya kader yang sejak jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri sebagai suksesor FX Hadi, walikota Solo yaitu Achmad Purnomo mesti gigit jari atas keputusan partai yang dinaunginya semenjak puluhan tahun silam.
Imbasnya ragam pendapat ditujukan atas pencalonan Gibran itu. Mulai dari tukang serobot sampai ingin membangun dinasti politik. Gibran yang sebelum-sebelumnya menyatakan bahwa dia tidak tertarik maju dalam kursi eksekutif seakan melanggar janjinya. Dia beralasan kala itu ingin fokus untuk berjualan martabak.
Tentu kita tidak boleh menyalahkan keinginan Gibran yang ingin maju dalam perhelatan Pilkada serentak nantinya, sebab negara kita sudah menjamin bahwa setiap warga negaranya berhak untuk memilih dan dipilih. Tidak serta merta karena yang bersangkutan anak dari presiden yang menjabat maka menihilkan haknya tersebut.
Namun yang menjadi tanda tanya bagi khlayak luas adalah kenapa Gibran tiba-tiba berhasrat dalam pertarungan walikota Solo. Tentu yang tahu jawaban dari pertanyaan tersebut Gibran sendiri . Tapi yang patut dicermati, keinginan Gibran tersebut ditengah-tengah masayarakat terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu yang beranggapan Gibran sedang berambisi atau Gibran mau berkontribusi.
Ambisi
Ambisi adalah suatu hal yang alamiah dalam diri manusia. Dengan adanya ambisi, maka hasrat manusia untuk bertahan hidup tetap terjaga. Namun yang patut disadari di masa kini, makna dari kata ambisi tersebut mulai menjerumus ke arah yang negatif. Sebagai contoh di kalangan mahasiswa, orang yang gemar belajar dan tidak memperhatikan lingkungannya dikatakan mahasiswa yang ambis. Ambisi seakan mengalami penyempitan makna.
Untuk kasus Gibran, masyarakat beranggapan bahwa Gibran sedang mengadu peruntungan menjadi pejabat pemerintahan agar trah Jokowi tetap terjaga di belantika perpolitikan nasional. Jokowi yang kini menjabat di periode keduanya hingga saat ini belum mampu mewariskan "darah politik" kepada anak-anaknya seperti presiden yang pernah menjabat terlebih dahulu. Oleh sebabnya di penghujung jabatannya sang anak diberi kebebasan untuk menentukan dirinya, apakah dia akan terjun ke politik atau tidak.
Kontribusi
Bila merujuk dari KBBI kontribusi diartikan sebagai sumbangan. Jika kita tarik pengertiannya secara harafiah boleh dikatakan keinginan Gibran yang ingin maju dalam perhelatan walikota Solo adalah bukti nyata bahwa ia tanpa pamrih atau ikhlas ingin mengorbankan dirinya dalam segi waktu materi ataupun waktu dalam rangka pembangunan bangsa.
Hal demikian merupakan tidak salah dan malahan merupakan kewajiban dari segenap warga negara berkontribusi bagi pembangunan negara. Seperti kata pepatah, jangan tanyakan apa yang diberikan negara padamu, tapi tanyakanlah apa yang telah kamu berikan kepada negara.Â
Dengan adanya sifat demikian tertanam dalam diri masing-masing orang, niscaya negara kita bakalan maju. Keinginan Gibran itu seakan menjadi pembelajaran bagi khalayak ramai kalua mau mengabdi kepada negara tidak mesti harus berusia matang, tapi juga bisa dimulai di usia muda.
