Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Demi Seremoni, Tabrak Regulasi

30 Maret 2022   10:11 Diperbarui: 30 Maret 2022   10:14 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegembiaraan para pemain Bali United (Foto : Twitter Bali United)

Semestinya laga penutup di pekan ke-14 BRI Liga 1 2021/2022, 31 Maret 2022 menjadi ajang yang istimewa bagi 8 tim yang berlaga. Mereka adalah Persija Jakarta vs PSS Sleman , Persita Tangerang vs Persipura Jayapura, PS Barito Putera vs Persib Bandung dan Persik Kediri vs Bali United.

Partai Persik vs Bali United berlangsung pada pukul 20.00, sekaligus menjadi partai penutup kompetisi dan pengukuhan Bali United sebagai juara Liga 1 2021/2022. Tentu perayaan sudah disiapkan, banyak pejabat yang hadir dan piala diserahkan.

Sedangkan tiga partai lainnya menjadi penentuan siapa salah satu dari tiga tim yang akan mengucapkan selamat tinggal Liga 1. Apakah Persipura Jayapura, PSS Sleman ataukah Barito Putera yang akan menemani Persiraja Banda Aceh dan Persela Lamongan ke Liga 2?.

Begitu menegangkan Liga 1 kali ini di papan bawah, menanti siapa klub yang terdegradasi.

Ketegangan itu terasa sedikit cair dengan drama yang mengiringi perjalanan waktu saat Gubernur Bali, Wayan Koster, Senin (28/3/2022) mengumumkan pertandingan Persik Kediri vs Bali United akan berlangsung di stadion Kapaten I Wayan Dipta, Gianyar yang merupakan kandang Bali United.

Tak hanya itu yang disampaikan oleh gubernur dari PDIP yang didampingi oleh Pieter Tanuri, pemilik Bali United. Laga itu juga bisa dihadiri oleh penonton, gratis pula. Diperkirakan ada 15.000 penonton atau 75% dari kapasitas stadion.


Koster juga menjelaskan, ada dua alasan atas keputusan tersebut yakni Bali sudah PPKM Level II dan sebagai apresiasi kepada Bali United yang sudah mengunci gelar juara BRI Liga 1 2021-2022.

Kalau memang mau memberikan apresiasi kenapa tidak dalam bentuk lain seperti mengadakan laga eksebisi setelah berakhirnya kompetisi. Mau diadakan di Stadion Wayan Dipta atau Gelora Bung Karno (GBK) tak jadi masalah.

"Saya sudah bicara dengan ketua PSSI [Mochamad Iriawan], karena tidak lagi menentukan posisi juara, maka dimungkinkan tempat pertandingannya di Stadion Wayan Dipta. Selain mengupayakan tempat, saya berupaya untuk memberikan kesempatan kepada para penonton melihat pertandingan ini," jelas Koster yang politisi PDIP.

Sontak saja pernyataan itu membikin heboh dunia persepakbolaan Indonesia. Tak kalah hebohnya dengan keputusan kontroversial perangkat pertandingan di beberapa laga Liga 3. Tentu juga tak bisa dilupakan peragaan kungfu dan tinju di beberapa laga lainnya, masih di Liga 3.

Entah apa yang membuat seorang gubernur melakukan blunder seperti itu. Apakah mencari panggung politik memanfaatkan Bali United yang mencetak prestasi mengesankan di musim ini?.

Seremoni yang diadakan di laga terakhir jelas mempunyai prestise tinggi, sarat dengan simbol-simbol politik. Piala Liga 1 misalnya diserahkan oleh Presiden Joko Widodo yang sudah diundang untuk hadir, didampingi Menpora, Gubernur Bali, ketua umum PSSI, Dirut LIB. Ini momen yang punya nilai politis luar biasa.

Surat LIB minta ijin ke klub (Foto : Twitter)
Surat LIB minta ijin ke klub (Foto : Twitter)
PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi terlihat kelabakan dengan pernyataan Gubernur Bali itu. Bagaimana tidak, jika diiyakan akan melanggar kesepakatan bahwa klub tidak bisa menggunakan kandangnya. Artinya Bali United dilarang main di stadion I Wayan Dipta selama bermain di Bali.

Hal itu untuk menjaga netralitas terhadap semua tim peserta, terutama yang berasal dari luar Bali dan Jawa.

Jika PSSI dan LIB memenuhi keinginan Gubernur Bali akan jadi preseden di kompetisi mendatang. Calon juara bisa minta partai penutup yang sekaligus jadi seremoni diadakan di kandangnya. Soal alasan bisalah dibikin nanti.

Pernyataan Gubenur Bali itu ironisnya malah menuai kecaman, tidak mendapatkan dukungan dari suporter Bali United sendiri.

Melalui akun twitternya @Northsideboys12 menyatakan sikap untuk mengosongkan tribun dan tidak akan datang ke stadion I Wayan Dipta saat laga Persik Kediri vs Bali United .

Sikap yang menuai apresiasi dari suporter lainnya.

Sindirian Persik Kediri soal tuan rumah vs Bali United (Foto : Twitter Persik)
Sindirian Persik Kediri soal tuan rumah vs Bali United (Foto : Twitter Persik)
Tak hanya itu, Persik Kediri juga melontarkan sindiran yang menggelitik tapi menyakitkan. "Matchday 34 tuan rumah Persik Kediri kan bli?.

Sindiran dalam satu kalimat itu ditujukan ke akun Bali United, yang dibalas dengan "Iya kan?.

Pertanyaan Persik Kediri itu menunjukkan LIB tidak berkomunikasi dengan klub berjuluk Macan Putih itu. Padahal dalam laga itu Persik bertindak sebagai tuan rumah. Sewajarnyalah jika soal perubahan atau penentuan stadion dikomunikasikan.

Lucunya, LIB malah berkirim surat di hari yang sama (28/3/2022), minta ijin agar laga Persik Kediri vs Bali United diadakan di stadion I Wayan Dipta yang jelas-jelas merupakan kandang Bali United. Hanya 4 klub yang menyatakan sikapnya atas surat itu.

Tak ubahnya LIB meminta ijin melanggar aturan yang sudah disepakati bersama.

Salah satu pertimbangan LIB soal permohonan ijin ke klub lainnya adalah soal pengamanan dan stadion yang representatif karena akan banyak tamu-tamu VIP. Hal itu terkait dengan acara seremoni, penyerahan piala dan lainnya.

Namun LIB menyatakan semua pendapat yang sudah ada, termasuk 13 klub yang dianggap setuju karena tidak memberikan tanggapan, sudah tidak relevan. Keputusan laga diadakan di stadion yang jadi markas Bali United itu akan diberikan oleh Polda Bali.

Suporter Bali United menolak datang ke stadion. (Foto : Twitter)
Suporter Bali United menolak datang ke stadion. (Foto : Twitter)
Jika Polda Bali memutuskan laga itu di Stadion Wayan Dipta, tak pelak LIB melanggar regulasi, begitu juga Bali United. Apakah PSSI berani menghukum LIB, seperti dalam kasus WO-nya Persipura menghadapi Madura United, juga memberi sanksi Bali United karena bermain di kendang?.

LIB sendiri sudah bersikap soal permintaan Gubernur Bali tentang adanya penonton. Pertandingan tetap tanpa penonton, seperti ditegaskan dalam surat LIB ke klub-klub soal permohonan venue pada 31 Maret 2022.

Namun menyerahkan keputusan stadion ke Polda Bali bukankah itu menunjukkan ketidakberdayaan LIB sendiri menghadapi tekanan dari gubernur dan Bali United sendiri?.

Semestinya PSSI dan LIB berani bersikap tegas karena sudah ada regulasi. Kalau laga Persik Kediri vs Bali United tetap diadakan di Stadion Wayan Dipta jelas menciderai marwah LIB sebagai otoritas tertinggi yang mengawal dan memastikan aturan yang dibuat untuk dilaksanakan secara konsisten.

Jangan nanti publik menganggap pelaksana laga final 31 Maret 2022 adalah Gubernur Bali, PDIP dan Bali United. Makin runyamlah persepsi publik terhadap PSSI dan LIB. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun