Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mereka yang Sering Tidak Disebut

10 Juli 2020   04:22 Diperbarui: 11 Juli 2020   02:12 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Arema FC, Aremania saat mendukung timnya di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Foto: KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU)

Di tengah krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, para pemain skuat utama AS Roma justeru rela tidak digaji selama 4 bulan. Aksi itu dilakukan untk menyelamatkan nasib karyawan I Lupi, julukan klub serie A itu.

Menurut para pemain AS Roma, langkah itu mereka lakukan untuk membantu keuangan klub,, sekaligus memastikan para karyawan tetap menerima gaji dengan utuh.  Mereka rela tidak menerima gaji dari Maret-Juni 2020. Aksi itu ternyata juga diikuti tim kepelatihan yang dipimpin Paulo Fonseca.

Langkah serupa, dengan tidak memotong gaji karyawan juga dilakukan oleh Totenham Hotspur dan Liverpool. Bedanya, kedua klub Liga Inggris itu tetap membayar penuh gaji karyawannya setelah mendapatkan panen hujatan dari suporternya.

Spurs pada 31 Maret lalu mengumumkan keputusan pemotongan gaji 550 pekerja klub (non pemain) sebesar 20% selama pandemi Covid-19. Namun setelah melihat badai kritik yang ada, terutama dari supporter, manajemen Spurs akhirnya membatalkan keputusannya.

"Kami telah memutuskan bahwa seluruh staf non pemain, baik yang karyawan tetap atau tidak tetap ataupun status cuti tetap menerima gaji 100 persen pada April dan Mei. Hanya direksi klub yang akan mengalami pemotongan gaji," tulis pernyataan resmi Spurs.

Sedangkan Liverpool dikecam setelah pada 4 April 2020 mengatakan akan membayar penuh gaji karyawannya, tapi dengan skema 80% ditanggung pemerintah sisanya oleh klub. Akhirnya Liverpool membatalkan keputusannya, dan meminta maaf kepada publik.

Bagaimana dengan klub-klub di Indonesia?

Bisa dibilang media tidak pernah memberitakan bagaimana nasib karyawan atau staf non pemain di perusahaan-perusahaan yang menaungi klub-klub di Indonesia. 

Berita yang menghiasi media adalah pemotongan gaji pemain dan pelatih sebesar 75% untuk April-Juni. Sedangkan menjelang lanjutan kompetisi Liga 1 dan 2 Oktober mendatang, skema gaji yang berlaku sebulan sebelumnya adalah kisaran 50% untuk Liga 1 dan 60% Liga 2.

Padahal sepakbola lebih dari urusan berlaga di lapangan. Ada banyak orang yang terlibat di dalamnya. Mereka memastikan sebuah tim akan berlaga dengan baik di lapangan.

Mereka memang bukan pemain atau pelatih, tapi perannya tak bisa disepelekan. Mereka staf yang profesional di bidangnya masing-masing, baik itu menangani administrasi, komunikasi, keuangan, pemasaran, dan perawatan.

Sudah banyak disampaikan para ahli, karyawan merupakan aset sebuah perusahaan, selain pelanggan. Dua asset itu yang dapat membantu bisnis terus beroperasi dengan lancar.

Beberapa peran penting karyawan antara lain kemampuan karyawan yang optimal mampu meningkatkan daya saing perusahaan, kreativitas akan mendongkrak inovasi perusahaan dan karyawan dapat menjaga citra serta nama baik perusahan.

Berita tentang nasib karyawan klub di tengah pandemi Covid-19 ini baru muncul di media tentang keputusan manajemen Arema FC untuk tidak memotong gaji karyawannya.

 ''Yo ora, Mas. Karyawan tetap mendapatkan gaji seperti sebelum ada covid-19. Tidak ada pemotongan gaji. Kalau dipotong, kasihan mereka. Jumlah gajinya tidak seberapa dibanding gaji pemain,'' ujar General Manager Arema FC, Ruddy Widodo.

Para karyawan Arema FC tetap mendapat gaji penuh, bahkan secretariat Arema FC harus tutup sekitar tiga bulan saat Covid-19 mulai merajalela.

Menurut manajemen Arema FC surat keputusan PSSI terkait gaji di klub hanya berlaku pada pemain dan pelatih, karena mereka yang berkaitan dengan keputusan tersebut dan bukan karyawan tim.

Darimana Arema FC bisa membayar gaji karyawan itu, di tengah situasi tak adanya pemasukan dari sponsor dan tiket, juga seretnya subsidi dari PT Liga Indonesia Baru?. Menrut Ruddy, manajemen terpaksa harus minta ke owner.

'Beruntung owner bisa memahami dan mengerti dengan kondisi ini,'' jelas Ruddy.

Sayangnya, sejauh ini hanya Arema FC yang berbicara dan diberitakan di media. Tak ada kabar dari klub-klub lain, yang konon memotong gaji karyawannya. Ada yang sebesar 50%, ada yang kurang dari itu.

Mekanismenya pun ada yang transparan, dalam arti karyawan diajak berdialog. Ada yang sepihak, tahu-tahu saat menerima gaji sudah dipotong oleh perusahaan. Bahkan ada yang sudah dipotong tapi terlambat sampai sebulan bahkan lebih, tanpa pemberitahuan atau penjelasan apapun tentang hal itu.

Bisa dibayangkan bagaimana keterlambatan seperti itu ditanggung oleh karyawan, yang gajinya jauh dibanding dengan yang diterima pemain atau pelatih. Membayar listrik, uang sekolah anak gas, belanja sehari-hari dan lainnya yang harus ditutupi dengan gali lobang, menanti tibanya gaji yang terpotong.

Sayangnya sedikit empati dari perusahaan yang menaungi sebuah klub terhadap karyawannya. Setidaknya berpikiran seperti manajemen Arema FC, seperti dikatakan Ruddy Widodo "Kalau dipotong, ya, kasihan mereka. Kan jumlah gajinya mereka tidak seberapa dibandingkan gaji pemain dan pelatih." ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun