Mohon tunggu...
Jankrik Jinkrak
Jankrik Jinkrak Mohon Tunggu... -

Sansulung J.E. Darsum

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nazar Menebar Ancaman Lagi Hari Kamis Ini (18/8)

18 Agustus 2011   10:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:40 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bapak Presiden yang saya hormati, saya mohon kepada Bapak agar segera memberikan hukuman penjara kepada saya tanpa perlu lagi mengikuti proses persidangan untuk membela hak-hak saya. Bagi saya, saya rela dihukum penjara bertahun-tahun asalkan Bapak dapat berjanji Bapak akan memberikan ketenangan lahir dan batin bagi keluarga saya, khususnya bagi istri dan anak-anak saya.

Perlu saya jelaskan bahwa istri saya adalah benar-benar seorang ibu rumah tangga yang sama sekali tidak mengetahui apa pun yang berhubungan dengan kepartaian. Saya juga berjanji, saya tidak akan menceritakan apa pun yang dapat merusak citra Partai Demokrat serta KPK demi kelangsungan bangsa ini.

Demikian surat ini, mohon bantuan dan perhatian Bapak Presiden,.

Hormat saya,
Muhammad Nazaruddin

Alinea pertama saja sudah mengolok dan menantang SBY untuk "segera memberikan hukuman penjara kepada saya tanpa perlu lagi mengikuti proses persidangan untuk membela hak-hak saya." Apakah SBY seorang diktator yang dapat menjatuhkan hukuman pidana?

Lalu, apakah yang membuat Nazaruddin merasa berkuasa memperlakukan SBY sedemikian bodohnya sehingga akan menelan mentah-mentah penjelasannya: "...istri saya adalah benar-benar seorang ibu rumah tangga yang sama sekali tidak mengetahui apa pun yang berhubungan dengan kepartaian."


Nah, pada kalimat berikutnya dalam paragraf kedua itulah Nazaruddin menebar ancamannya. Pada kalimat ini, Nazaruddin berjanji. Namun, janjinya ini memiliki syarat, yaitu "...asalkan Bapak dapat berjanji Bapak akan memberikan ketenangan lahir dan batin bagi keluarga saya, khususnya bagi istri dan anak-anak saya."

Buya Syafii Maarif, anggota Komisi Etik KPK, ketika diwawancarai beberapa hari lalu, hanya menjawab bahwa Nazaruddin adalah seorang yang pintar. Jika demikian, apakah kita akan percaya begitu saja kepada wajah memelas yang dipertontonkannya di depan kamera televisi?

Karena jurnalisme menghalalkan curiga, maka saya ingin mencurigai bahwa Nazaruddin sedang bersandiwara. Sebuah akting dengan nada ancaman di balik ekspresi memelas tersebut. Begini ancamannya: Kalau permintaan saya tersebut tak dipenuhi, maka saya "...akan menceritakan apa pun yang dapat merusak citra Partai Demokrat serta KPK demi kelangsungan bangsa ini."

Hmm... sebuah tawar menawar yang akan saling menguntungkan para koruptor. Seandainya SBY sepakat, bagaimana mengawal skenario ini? Gampang. Sudah ada kambing hitamnya. Seperti biasa.

Silakan percaya. Silakan tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun