Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebodoh Inikah SBY?

7 Juni 2012   01:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:19 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13390311201936558718

[caption id="attachment_193134" align="aligncenter" width="619" caption="Ayo, Pak SBY, tunjukkan bahwa Bapak adalah presiden yang cerdas! (Foto: KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)"][/caption]

Sebelum meneruskan tulisan ini, saya mohon maaf karena menggunakan kata “bodoh” sebagai penggambaran perwatakan yang cenderung sarkasme. Saya terpaksa menggunakan kata “bodoh” karena saya tidak mendapatkan kata lain yang dapat menggantikan maksud tulisan ini. Kepada pembaca dan pihak terkait, mohon kata itu dapat dimaklumi.

Kemarin saya membaca harian Republika (Rabu, 6 Juni 2012). Koran itu memuat banyak berita tentang hasil sidang judicial review atas kedudukan 20 Wakil Menteri (Wamen) pada susunan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2. Selain itu, harian itu juga memuat amar putusan sidang Mahkamah Konstisusi (MK) Republik Indonesia. Setelah membaca semua informasi tentang kedududkan Wamen Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid 2, akhirnya saya tertawa-tawa. Saya merasa teramat geli. Ya, geli sekali.

Sebodoh inikah Pak SBY, Presiden Republik Indonesia, presiden kebanggaan bangsa Indonesia? Keputusannya tentang pengangkatan Wamen dimentahkan oleh MK karena beragam sebab, seperti kedudukannya yang tidak jelas, masa kerja tidak jelas, serta asal personilnya yang juga tidak jelas. Bahkan, menurut salah satu petinggi MK, posisi Wamen sarat dengan nuansa politis.

Sebagai presiden, tentunya SBY dikelilingi oleh orang-orang terbaik. Orang-orang brilian yang selalu membantu tugas-tugas pemerintahan sehingga SBY dapat menjalankan fungsinya sebagai pimpinan tertinggi negara. Semua warga negara tentu teramat senang jika presiden memanggil dan menggunakan pikirannya. Namun, mengapa justru SBY seakan menjadi bulan-bulanan politikus dan media? Benar-benar tak masuk di akal.

Baru saja SBY menggulirkan kebijakan hemat energi dengan meminta semua mobil dinas menggunakan BBM nonsubsidi, tetapi begitu banyak mobil-mobil dinas justru berlomba-lomba mengisi tangki mobilnya dengan BBM subsidi. Pengguna mobil dinas beralasan bahwa pemerintah daerah selaku pemilik kendaraan dinas belum mengeluarkan kebijakan untuk mengiyakan perintah sang presiden. Atas kejadian itu, saya menyebutnya sebagai salah satu bentuk pembangkangan!

Sebentar lagi, SBY juga akan menghadapi gugatan atas diberikannya remisi atau pengurangan hukuman atas terpidana Corby, si ratu mariyuana dari Australia. Pemberian remisi itu benar-benar menyakiti perasaan semua anak anak negeri. Seperti yang saat ini sedang terjadi, Badan Narkotika Nasional (BNN), Kepolisian Republik Indonesia, dan aparat penegak hukum lainnya tengah gencar-gencarnya memerangi seluruh produsen, pemasok, pengedar, dan pengguna narkoba. Namun, justru sang presiden memberikan keringanan hukuman kepada terpidana yang jelas-jelas terbukti memiliki narkoba.

Maaf, Pak SBY, saya hanyalah seorang guru. Saya bukanlah seorang politikus. Jadi, saya hanya berpikir tentang keeleganan kepemimpinan Bapak. Selaku presiden, mestinya Bapak memiliki hak untuk memilih dan menetapkan semua orang-orang yang menjadi penasihat Bapak. Jujur Pak SBY, saya angkat topi untuk Pak Yusril Ihza Mahendra. Saya salut atas kemahirannya memberikan diplomasi dan argumen atas dilakukannya judicial review. Lalu, mengapa Bapak tidak mengangkatnya sebagai penasihat Bapak?

Jika saja Pak Adnan Buyung Nasution masih menjadi anggota Wantimpres, saya yakin kejadian itu tidak akan terjadi. Namun, agaknya justru saya mencium gelagat negatif. Saya mencium aroma bahwa orang-orang idealis yang menjadi penasihat Bapak sengaja disingkirkan. Dari beberapa kejadian itu, saya jadi berburuk sangka: Mungkinkah Bapak justru dikorbankan demi kepentingan mereka?

Jelas menjadi presiden tidaklah gampang. Semua persyaratan tentu harus terpenuhi tanpa kecuali. Jadi, saya yakin bahwa Bapak bukanlah orang bodoh. Namun, mengapa kebijakan Bapak seolah-olah menggambarkan Bapak sebagai presiden yang bodoh? Tentu ini memiliki sebab. Meskipun saat ini Bapak sedang berusaha merevisi Keputusan Presiden (Kepres) yang terkait dengan posisi Wamen KIB Jilid 2, saya yakin bahwa Kepres itu pun akan digugat lagi. Sesuatu yang buruk tetaplah buruk meskipun ditambal-sulam di sana-sini. Ayo, Pak SBY, buktikan bahwa Bapak adalah Presiden Republik Indonesia yang cerdas!

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun