Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Lindungi Kawasan Paru-Paru Dunia

11 April 2015   18:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Adalah menarik tulisan Rama Adam dibawah topik "Daerah Bukan Sapi Perah: Masa Depan Pengelolaan SDA Kalimantan Timur" di kompasiana 11 April 2015. Dikatakan menarik karena disana kita dapat melihat suatu ungkapan rasa kepedulian yang tinggi akan nasib masyarakat disana sepertinya merasakan kehidupan yang ironi dan belum tersentuh keadilan dari pihak pemerintah pusat. Suatu ironi kehidupan yang nyata dimana suatu daerah yang memiliki kontribusi besar terhadap penerimaan devisa negara justru hanya menerima kontribusi yang tidak berimbang dari pemerintah pusat akan dana pembangunan dibandingkan dengan daerah Aceh dan Papua (daerah-daerah perbatasan dengan negara lain). Sebuah catatan yang ditulis Rama Adam yang perlu di garis bawahi yaitu: "Pemprop Kaltim tidak mempunyai cukup dana untuk membangun daerah perbatasan, yang seharusnya mendapat porsi perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat. Sehingga ketimpangan ekonomi, pembangunan dan sosial sangat terasa dengan negara tetangga. Bahkan mendorong sebagian warga terdorong untuk "pindah" warga negara".

Nah, disini letak persoalan yang menjadi pergumulan dan tantangan kita sebagai warga negara. Upaya apa yang hendak kita lakukan agar kecenderungan terjadinya adanya warga negara kita "pindah" warga negara ini tidak akan terjadi dimasa depan. Langkah-langkah strategis apakah yang akan kita tempuh sebagai suatu kepedulian dan rasa keutuhan dan cinta tanah air?

Kita menyadari bersama dan ada rasa bangga karena negara kita yang kaya akan sumberdaya alam namun belum menikmati kehidupan yang layak akan pemanfaatan sumber daya alam ini. Negara kita yang dikenal sebagai "paru-paru dunia" diperhadapkan dengan dilema: disatu sisi kita perlu melestarikan SDA Hutan, disisi lain kita perlu memanfaatkan potensi SDA dalam membangun.

Akahir-akhir ini kita sering mendengar istilah "blok Mahakam" yang juga terdapat di propinsi Kaltim. Masa transisi pengelolaan Migas oleh perusahaan Total(Perancis) yang akan berakhir kontrak tahun 2017 dan kini menjadi sorotan publik terutama masyarakat Kaltim bersama pemprop agar ke depan blok Mahakam dikelola oleh perusahaan nasional Pertamina. Keberadaan cadangan minyak dan gas bumi di blok Mahakam yang masih cukup besar menjadi perhatian masyrakat Kaltim dan pemprop sehingga ada demo tuntutan LSM di Jakarta agar pengelolaan blok ini diserahkan ke BUMN/BUMD setelah masa kontrak selesai.

Blok Mahakam menjadi sorotan publik dan kita sebagai awam hanya mengenal pasti sungai Mahakam yang terkenal dengan fungsi dan keindahannya. Sungai Mahakam sebagai sungai terbesar yang melintasi tiga daerah di pulau Kalimantan dengan panjang 970 km itu memiliki arti kehidupan bagi masyarakat Kalimantan maupun wisatawan asing yang berkunjung. Ya...memang Mahakam menjadi perhatian publik dan adanya Seminar Nasional Kompasiana: Penyelamatan SDA Migas di Indonesia jadi momentum menyambut masa depan Blok Mahakam. Kehadiran Gubernur Kalimantan sebagai salah satu pembicara dalam Seminar ini merupakan kesempatan emas bagi masyarakat Kaltim dalam aspirasi positifnya bagi masyarakat Kaltim ke depan khususnya, masyrakat Indonesia pada umumnya. Lewat forum ini kita akan mendapatkan solusi terbaik bagaimana upaya memberdayakan SDA Migas di blok Mahakam dan menjadikan pengelolaan SDA Migas oleh putra putri terbaik bangsa yang terhimpun dalam BUMN kita Pertamina. Selain itu perjuangan kemandirian pengelolaan industri hulu migas ini menjadi momentum terbaik bagi upaya penyelamatan SDA migas di Indonesia.

Pulau Kalimantan dengan SDA Hutan dan Minyak dan Gas Bumi perlu diberdayakan namun tetap dijalankan secara lestari dengan prinsip pembangunan berwawasaan lingkungan. Pulau Kalimantan sebagai aset bangsa Indonesia dan berkontribusi besar terhadap kehidupan masyarakat dunia dan dikenal negara kita sebagai paru paru dunia hendaknya tetap kita pelihara dan jaga.  Hutan hujan Indonesia membantu menstabilkan iklim dunia dimana dengan cara menyerap karbondioksida dari atmosfir. Pembuangan karbondioksida ke atmosfir dipercaya membantu mempengaruhi bagi perubahan iklim melalui pemanasan global. Olehnya, hutan hujan mempunyai peran yang penting dalam mengatasi pemanasan global dan juga kondisi cuaca lokal dengan membuat hujan dan mengatur suhu.

Marilah kita sebagai bagian dari masyarakat dunia tetap konsist dalam upaya pelestarian hutan di Indonesia terutama hutan hujan di Kalimantan. Peranan ini juga perlu menjadi perhatian pemerintah pusat dan kiranya berkenan mendukung sepenuhnya harapan masyarakat dan pemprop Kaltim dalam mengelola blok Mahakam di masa depan. Marilah kita tetap melestaarikan SDA Hutan dan Migas kita dan tetap berupaya melindungi kawasan paru-paru dunia yang sangat penting ini. Selain itu, dengan pengelolaan SDA Migas yang memberdayakan penduduk Kaltim secara khusus mungkin dapat mengatasi "pindah"nya warga kita ke negara tetangga dimasa mendatang.

Selamat berseminar Kompasiana...Penyelamatan SDA Migas di Indonesia adalah bagian yang penting menciptakan SDA yang lestari dan ikut serta melindungi kawasan paru-paru dunia. Semoga sukses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun