Di kompasiana kita bisa menyimak karya karya tulisan berupa puisi. Karya yang menarik dan enak di baca. Saya termasuk kompasianer yang jarang menuliskan puisi namun gemar menikmati puisi karya karya kompasianer.
Saya menganggap puisi itu sebagai ungkapan perasaan hati terdalam penciptanya yang dituangkan dalam kata-kata. Sejak dahulu ketika masih kuliah saya suka membeli majalah HORISON dan menyimak tulisan-tulisan penyair Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bahri, Sitor Situmorang, Goenawan Mohamad dan lain lain.
Betapa nikmatnya membaca puisi-puisi karya penyair, antara lain sebuah karya Sutardji Calzoum Bahri berjudul "Jadi".Â
Jadi
Tidak setiap derita, jadi luka
Tidak setiap sepi, jadi duri
Tidak semua tahu, jadi makna
Tidak semua makna, jadi ragu
Tidak semua jawab, jadi sebab
Tidak semua jangan, jadi pegang
Tidak semua kabar, jadi tahu
Tidak semua luka, jadi kaca
Memandang Kau, pada wajahku!
Saya anggap puisi ini menarik, inspiratif dan enak disimak secara mendalam.Â
Nah, dunia kepenyairan memang menarik. Inilah yang mendorong saya menelusuri penyair-penyair yang pernah ada dan berperan di negeri ini.
Salah seorang penyair atau sastrawan di negeri ini bernama Laurens Koster Bohang (LKB). Nama yang kurang di kenal alias tidak populer dibandingkan penyair se angkatannya. Bahkan pernah di tulis LKB, seorang sastrawan yang terlupakan! Simak informasi tersebut di sini: barta1.com.
LKB tidak setenar Chairil Anwar yang populer dengan puisinya AKU. Padahal para pengamat sastra menulis LKB sahabat dekat  dan boleh di bilang menjadi mentor Chairil Anwar. Hal ini boleh disimak di sini: barta1.com
Kedekatan LKB dengan Chairil Anwar sehingga Chairil Anwar pernah menulis sebuah puisi berjudul: Kepada Penyair Bohang...
Alinea terakhir puisi ini begini: