Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memetik Hikmah dari Karhutla

19 September 2019   08:29 Diperbarui: 19 September 2019   08:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karhutla di gunung klabat(sumber:tribunmanadonews.com)

Indonesia dikepung asap muncul akibat adanya pembakaran hutan dan lahan. Tidak ada asap kalau tak ada api. Musim kemarau panjang yang landa negeri ini menimbulkan kerawanan terjadinya kebakaraan. Bukan cuma hutan dan lahan namun dapat terjadi pada pemukiman penduduk alias perumahan penduduk. Kecil jadi kawan, besar jadi lawan. Itulah yang terjadi di Indonesia, api membakar hutan dan lahan dan muncullah istilah yang jadi topik tren: KARHUTLA.

Ya, karhutla jadi penyebab kabut asap menyerang kota-kota di Sumatera dan Kalimantan. Apakah karhutla itu terjadi karena kesengajaan, artinya hutan dan lahan dibakar karena ingin membuka lahan baru? Ataukah kahutla terjadi karena kondisi alam, artinya gesekan benda akibat angin kencang dan menimbulkan percikan api dan meluas? Ataukah, karhutla terjadi akibat terorganisasi?

Artikel ini melihat dari sudut lain tentang karhutla. Saya ingin mengajak anda untuk belajar dan memetik hikmah dari peristiwa terjadinya karhutla. Begini. 

Kemarau yang panjang berakibat terjadi kekeringan disana-sini. Kondisi kekeringan ini menimbulkan kerawanan terjadinya peristiwa kebakaran apa saja, termasuk hutan dan lahan. 

Konsekwensi kebakaran jelas menimbulkan asap. Karhutla menimbulkan kabut asap yang cenderung menimbulkan dampak negatif kesehatan masyarakat. Asap menimbulkan penyakit gangguan pernafasan, mata perih dan lebih parah bisa terjadi kematian.

Nah, kalau karhutla kita alihkan ke sisi kehidupan perpolitikan dan sosial masyarakat Indonesia. Apa bedanya dan apa persamaannya? Karhutla itu sama saja dengan api kemarahan yang kecil dan disebarkan ke masyarakat dengan ujaran kebencian, penghinaan dan tindakan negatif lain yang memicu timbulnya rasa permusuhan, perseteruan diantara kita. Karhutla itu ibarat provokasi yang menimbulkan penyakit masyarakat, penyakit pemecah belah persatuan dan kesatuan. 

Faktanya, karhutla menimbulkan kebencian masyarakat yang dilanda kabut asap terhadap pemerintah pusat dan daerah karena lalai menjalankan fungsi pencegahan terhadap meluasnya karhutla. Rasa benci ini kalau dimanfaatkan oleh pihak ketiga akan memicu sengketa dan perselisihan yang berkepanjangan dan masyarakat terpecah belah.

Padahal yang melakukan pembakaran hutan dan lahan ini adalah pihak perusahaan yang akan mengembangkan perluasan lahan tanaman industri tertentu. Kini menjadi penyelidikan dan penyidikan pihak pemerintah terhadap para pelaku karhutla tersebut. Bahkan sudah ada yang di tangkap.

Kita menyadari sepenuhnya dampak negatif karhutla bagi kehidupan masyarakat di enam provinsi yang dilanda kabut asap. Disini kita dapat memetik hikmah bahwa percikan amarah yang di timbulkan ujaran kebencian, penghinaan, provokasi dan tindakan sejenis agar segera dihentikan. Dampaknya akan menimbulkan perpecahan dan perlu kita sadari dan hindari.

Inilah hikmah yang dapat kita petik dan pelajari dari peristiwa karhutla!

Salam Kompasiana.

JM:190919.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun