Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Keseimbangan dalam Hidup

13 Juni 2021   11:51 Diperbarui: 13 Juni 2021   12:34 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup yang seimbang (Well-balanced life).

Kali ini saya mengulas Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Keseimbangan dalam Hidup. Karena keseimbangan dibutuhkan dalam banyak bidang kehidupan, maka serupa dengan peribahasa, misalnya: Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna,  peribahasa tentang keseimbangan dalam hidup ini bisa juga diaplikasikan ke dalam tema-tema lain.

Kita sudah biasa mendengar: Podho mawon atau sami mawon (Sama saja) yang bisa dimaknai dalam konteks menjaga keseimbangan. Ada juga peribahasa: Setali tiga uang. Makna peribahasa ini sekarang mungkin tidak begitu dipahami, tapi pada 1950-1960 kita pernah menggunakan uang pecahan "setali" dan "tiga uang ini" walaupun maknanya agak rancu. 

Setali atau setalian dalam bahasa Jawa disebut setalen (25), tapi digunakan dalam makna 3 uang, dengan uang sendiri yang mengambil makna dari setalen ini, yakni 25 sen, sehingga setali menjadi 75 sen. Saya mengamati bahwa keping (bentuk uang) sampai sekarang masih digunakan dengan makna "uang" dalam beberapa bahasa daerah, misalnya hepeng (bahasa Batak) dan kefe (bahasa Nias), dan "sen" digunakan dengan makna "uang" dalam bahasa Karo. Sungguh menarik.

Pengaturan penggunaan uang harus seimbang, tidak boleh boros, agar tidak: Besar pasak dari tiang (Lebih besar pengeluaran daripada penghasilan), atau: Berat tanduk dari kepala.

Dalam berinteraksi dengan orang lain, kita harus menjaga keseimbangan dalam mengaplikasikan pengetahuan atau pengalaman kita, agar: Kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga (Kalau belum mempunyai banyak ilmu pengetahuan /pengalaman jangan dicoba berlawanan dengan orang yang pandai).

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Hasil kerja sama ini di dalam bahasa Mandarin ini disebut: you fu tong xiang, you nan tong dang (ada rezeki dibagi/dinikmati bersama, ada kesusahan ditanggung bersama). Seimbang.

Jadi ingatlah bahwa: Ada laut ada perompak (Tiap-tiap benda ada pasangannya) dan carilah pasangan yang seimbang.

Dalam urusan jodoh, jangan sampai: Bagai pungguk merindukan bulan (Mencintai seseorang tetapi cintanya tidak berbalas atau merindukan kekasih yang tak mungkin didapat karena perbedaan derajat), karena sesungguhnya: Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga (Jodoh seseorang bisa saja berasal dari tempat yang jauh, tetapi bertemu juga). Peribahasa ini menghibur hati orang yang belum menemukan jodohnya untuk tidak patah semangat.

Menjaga keseimbangan dalam hidup terlihat dari: Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah (Selalu berhati-hati/waspada dalam sebarang pekerjaan/kegiatan agar tidak mendapat kesusahan di belakang hari). Melakukan apa-apa jangan berlebihan.

Adat bernegeri memagar negeri, adat berkampung memagar kampung (Setiap orang harus mempertahankan negeri dan bangsanya, tidak mementingkan diri sendiri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun