Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Koleksi Harmonika Langka Saya

5 Mei 2021   22:48 Diperbarui: 7 Mei 2021   15:56 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sofie, murid saya yang ke-48.

Seperti yang saya sebutkan dalam artikel saya, 10 Menit Bisa Bermain Harmonika: Sim-ak Metodenya, harmonika adalah sebuah instrumen musik yang bisa saya mainkan sejak masih dikelas 4 SD. Saya mempelajarinya hanya dalam waktu beberapa jam. Setelah bisa bermain, saya pun mulai mengoleksi harmonika dari berbagai negara, dan semakin lama semakin banyak sampai saya mulai mengoleksi pula merek Hohner, waktu itu masih asli buatan Jerman.

Pada 2009, ketika hendak ke Duesseldorf, Jerman, tadinya saya berencana mau langsung membeli beberapa harmonika Hohner di sana. Tapi kemudian saya menjelajahi internet dan mencari dengan kata kunci "the oldest harmonica factory in Germany" dan saya diarahkan ke laman C.A. Seydel Söhne yang didirkan oleh Christian August Seydel pada 1847 di Klingentahl, Sachsen, Jerman. Semua harmonika pabrik ini masih dibuat dengan tangan. Saya pun membatalkan rencana pembelian Hohner.

Dari Jakarta saya langsung menelepon Bertram Becher, seorang sarjana biologi sekaligus pemain dan spesialis harmonika yang bekerja sebagai manajer produk di C.A. Seydel Söhne dan memesan 2 jenis harmonika, tremolo (2 harmonika) dan diatonik (1 harmonika). Sampai sekarang saya masih sesekali berkomunikasi dengan Bertram untuk berbincang-bincang urusan harmonika.

Di sini saya tunjukkan 2 harmonika tremolo itu, Shanty dan Hochlandslange yang badannya terbuat dari kayu keras, yang tampaknya sudah tidak diproduksi lagi.

dokpri
dokpri
Setelah merantau dari Tanjungbalai Asahan lalu ke Jakarta, saya juga mulai memikirkan untuk membagikan pengetahuan bermain harmonika ini kepada orang lain, utamanya anak-anak. Dengan demikian saya bukan saja bisa meningkatkan terus teknik bermain saya, tetapi juga terus memikirkan cara yang lebih baik agar anak yang sedang saya ajari bisa bermain dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Saya mengamati cara masing-masing anak memahami apa yang saya ajarkan dan sampai pada kesimpulan bahwa:
1. Kemahiran bermain harmonika bukan bergantung pada bakat maupun kepintaran seorang anak, tetapi bagaimana anak itu diajari dengan cara yang mudah dan cepat dia pahami, sekaligus menimbulkan minat dan semangatnya untuk bermain.
2. Bermain harmonika tidak mesti menggunakan nafas yang  lebih kuat, bernafasnya seperti biasa saja. Justru kalau udara ditiup atau ditarik dengan paksa akan menimbulkan bunyi yang sumbang. Ini yang saya jelaskan kepada orangtua anak di depan anak yang sedang saya ajari. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Saya hanya pernah mengalami 1 kali penolakan dari orangtua anak, walaupun sudah saya jelaskan bahwa saya yang akan menyediakan harmonikanya, yang baru, dan waktu yang dibutuhkan hanya 10 menit, si anak pasti sudah bisa bermain, dan selanjutnya tergantung dirinya sendiri untuk berlatih setiap hari.

Teknik agar bisa bermain dalam 10 menit ini sudah saya buktikan kepada anak-anak lain sejak saya menemukan dan menerapkan tekniknya, termasuk kedua putri saya sendiri, serta anak-anak yang saya ajari ulang dengan menggunakan teknik ini.

Semangat saya untuk mengajar pun semakin meningkat dan jumlah murid saya meningkat tajam dalam waktu yang cepat. Setiap kali saya ada waktu senggang, saya pun menambah murid saya, sampai mencapai persis 50 orang sebelum munculnya pandemi Covid-19.

Itulah alasannya mengapa dalam artikel Kepuasan Hidup saya katakan bahwa:
Kepuasan hidup yang lebih tinggi bukan kita dapatkan dari benda-benda materialistik eksternal yang trivial (yang jika dibagikan akan berkurang), tapi dari benda-benda yang abstrak: pengetahuan dan berbagi pengetahuan itu (yang semakin kita bagikan semakin banyak kita dapatkan lagi).

Hanya ada 3 orang anak yang daya serapnya agak kurang, dan saya menduga itu bukan disebabkan oleh faktor bakat dan kepintaran, melainkan usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun