Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerita Zaman Tak Enak dan Pemanfaatan Fasilitas Zaman Now

2 Mei 2021   14:19 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:22 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, sewaktu masih berkuliah, untuk mencari uang tambahan, saya pernah mengetikkan 2 buku dari tulisan tangan seorang dosen di Universitas Nommensen Medan, yakni Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Biaya. Saya salut dengan ketekunan bapak ini menuliskan halaman demi halaman naskah bukunya pada kertas HVS berukuran folio, termasuk grafik dll.

Pada waktu itu belum ada orang yang menggunakan perangkat lunak yang dijalankan di bawah sistem operasi Windows, semuanya masih yang di bawah DOS (Disk Operating System) dengan pilihan media penyimpanan berupa disket 1,2 MB 8 inchi atau 1,44 MB 5,25 inci dan komputer yang digunakan juga belum dilengkapi hard disk. Ini adalah nostalgia saya dan teman-teman sebaya yang sudah nggak nyambung jika diceritakan kepada anak-anak zaman now, karena mereka tak pernah melihat benda-benda usang tersebut. Yang menarik, ini menimbulkan konsekuensi mereka tidak tahu apa itu benda yang dilambangkan dengan ikon Save (1 disket 5,25 inci) dan Save As (2 disket 5,25 inci) pada perangkat-perangkat lunak yang mereka gunakan.

Pada 1990-an itu, pekerjaan saya jauh lebih mudah ketimbang teman-teman yang masih menggunakan WordStar, yang terakhir saya gunakan untuk mengetik skripsi saya, yang penuh tantangan untuk memenuhi kebutuhan saya, sampai-sampai saya mempelajari bagaimana memasukkan Bahasa Perintah Printer (Printer Command Language/PCL) versi 5 yang dikembangkan oleh Hewlett-Packard untuk printer HP LaserJet III yang saya gunakan. Mempelajari tentang bahasa ini dan menggabungkannya dengan perintah titik (dot command) di WordStar saja saya sudah seperti melakukan sebuah penelitian lain di luar tujuan penyusunan skripsi. Namun, ternyata dugaan saya benar, BISA! Saya pikir sayalah satu-satunya manusia di dunia ini yang memasukkan bahasa PCL 5 ke dalam WordStar, karena harus diketikkan dalam format heksadesimal, dan tidak terlihat di preview, namun bisa dicetak. Di sini tampak betapa pentingnya pikiran asosiatif dalam mencari dan menemukan keberlindananan di antara 2 hal yang semula terlihat saling terpisah.

Teman saya yang membuka usaha rental komputer pun lalu meminta saya untuk membagikan penemuan saya setelah mempelajari buku petunjuk penggunaan HP LaserJet III itu selama 1 minggu. Ini sungguh kenangan yang tak terlupakan.

Setelah saya menyelesaikan skripsi, teman saya ini memberikan tantangan: pelajari WordPerfect 5.1 selama 3 hari lalu mengajari keponakannya. Pada hari ke-4 saya pun mulai meninggalkan WordStar dan  mengajari anak itu WordPerfect, yang saya gunakan sampai sekarang (Corel WordPerfect 2020). Banyak kelebihan WordPerfect dibandingkan perangkat lunak desktop publishing lain, namun 1 kelemahannya yang sampai sekarang belum diperbaiki adalah tidak bisa mengetikkan simbol-simbol Unicode di luar dari yang dihasilkannya melalui perintah Ctrl + W.

Dengan bergantinya zaman, orang-orang sekarang sudah tidak mengetahui bahwa dulu pernah ada sarana-sarana yang telah memudahkan hidup manusia sedunia, sebelum ketinggalan zaman. Namun, ada satu hal yang saya catat mengenai sebuah perintah di WordStar yang sekarang sudah tidak disediakan lagi oleh perangkat manapun, padahal manfaatnya sangat besar dibanding copy-and-paste, yaitu perintah cut, yang disusul dengan perintah mengulang + undo. Jadi sebuah kalimat yang kita hapus bisa kita munculkan lagi berulang-ulang, sampai kita menghentikannya.

Itulah bedanya dulu dengan sekarang. Sekarang, dengan sarana apa pun yang dengan mudah diakses bahkan diunduh, minat untuk "meneliti" hendaknya juga meningkat. Seperti yang saya katakan dalam artikel: Mengajari Anak Batak Aksara Batak: Metode Sim-ak:

"Kita tidak mesti kuatir. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana memanfaatkan semua fasilitas gratis yang tersedia di depan mata kita dan bersama-sama kita lestarikan Surat Batak ini. Horas!"

Sebagai penutup, saya berikan contoh bagaimana membuat piala grafik 3D untuk fungsi kuadrat, dengan terlebih dahulu mengunduh GeoGebra 3 dan Screen Recorder (keduanya versi Android):
1. Jalankan GeoGebra 3.
2. Masukkan rumus: z = x² + y².
3. Hasil tangkapan video Screen Recorder lalu disimpan dalam format mp4:


Piala Fungsi Kuadrat 3D.

Tujuan saya membuat video ini adalah untuk membantu anak mengenal dan selanjutnya memahami alam 3D dengan menggunakan rumus yang sederhana, dalam contoh ini adalah kurva fungsi kuadrat yang diputar membentuk sebuah piala, dan dengan demikian bisa mengembangkan daya imajinasi anak lebih lanjut untuk mengekplorasi ke segala bidang yang tidak bisa didapatkan dari buku (2D).

Satu contoh lagi:
Saya imajinasikan bahwa jika sebuah fungsi sinus 2D dijadikan 3D, grafik yang semula berbentuk setengah lingkaran bolak balik akan menjadi sebuah kasur dekubitus. Rumus yang digunakan sederhana saja: z = sin(x) + sin(y). Sungguh sangat mengasyikkan bisa memvisualisasikan sebuah imajinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun