Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas Pilihan

Cerita Zaman Tak Enak dan Pemanfaatan Fasilitas Zaman Now

2 Mei 2021   14:19 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:22 338 2
Dulu, sewaktu masih berkuliah, untuk mencari uang tambahan, saya pernah mengetikkan 2 buku dari tulisan tangan seorang dosen di Universitas Nommensen Medan, yakni Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Biaya. Saya salut dengan ketekunan bapak ini menuliskan halaman demi halaman naskah bukunya pada kertas HVS berukuran folio, termasuk grafik dll.

Pada waktu itu belum ada orang yang menggunakan perangkat lunak yang dijalankan di bawah sistem operasi Windows, semuanya masih yang di bawah DOS (Disk Operating System) dengan pilihan media penyimpanan berupa disket 1,2 MB 8 inchi atau 1,44 MB 5,25 inci dan komputer yang digunakan juga belum dilengkapi hard disk. Ini adalah nostalgia saya dan teman-teman sebaya yang sudah nggak nyambung jika diceritakan kepada anak-anak zaman now, karena mereka tak pernah melihat benda-benda usang tersebut. Yang menarik, ini menimbulkan konsekuensi mereka tidak tahu apa itu benda yang dilambangkan dengan ikon Save (1 disket 5,25 inci) dan Save As (2 disket 5,25 inci) pada perangkat-perangkat lunak yang mereka gunakan.

Pada 1990-an itu, pekerjaan saya jauh lebih mudah ketimbang teman-teman yang masih menggunakan WordStar, yang terakhir saya gunakan untuk mengetik skripsi saya, yang penuh tantangan untuk memenuhi kebutuhan saya, sampai-sampai saya mempelajari bagaimana memasukkan Bahasa Perintah Printer (Printer Command Language/PCL) versi 5 yang dikembangkan oleh Hewlett-Packard untuk printer HP LaserJet III yang saya gunakan. Mempelajari tentang bahasa ini dan menggabungkannya dengan perintah titik (dot command) di WordStar saja saya sudah seperti melakukan sebuah penelitian lain di luar tujuan penyusunan skripsi. Namun, ternyata dugaan saya benar, BISA! Saya pikir sayalah satu-satunya manusia di dunia ini yang memasukkan bahasa PCL 5 ke dalam WordStar, karena harus diketikkan dalam format heksadesimal, dan tidak terlihat di preview, namun bisa dicetak. Di sini tampak betapa pentingnya pikiran asosiatif dalam mencari dan menemukan keberlindananan di antara 2 hal yang semula terlihat saling terpisah.

Teman saya yang membuka usaha rental komputer pun lalu meminta saya untuk membagikan penemuan saya setelah mempelajari buku petunjuk penggunaan HP LaserJet III itu selama 1 minggu. Ini sungguh kenangan yang tak terlupakan.

Setelah saya menyelesaikan skripsi, teman saya ini memberikan tantangan: pelajari WordPerfect 5.1 selama 3 hari lalu mengajari keponakannya. Pada hari ke-4 saya pun mulai meninggalkan WordStar dan  mengajari anak itu WordPerfect, yang saya gunakan sampai sekarang (Corel WordPerfect 2020). Banyak kelebihan WordPerfect dibandingkan perangkat lunak desktop publishing lain, namun 1 kelemahannya yang sampai sekarang belum diperbaiki adalah tidak bisa mengetikkan simbol-simbol Unicode di luar dari yang dihasilkannya melalui perintah Ctrl + W.

Dengan bergantinya zaman, orang-orang sekarang sudah tidak mengetahui bahwa dulu pernah ada sarana-sarana yang telah memudahkan hidup manusia sedunia, sebelum ketinggalan zaman. Namun, ada satu hal yang saya catat mengenai sebuah perintah di WordStar yang sekarang sudah tidak disediakan lagi oleh perangkat manapun, padahal manfaatnya sangat besar dibanding copy-and-paste, yaitu perintah cut, yang disusul dengan perintah mengulang + undo. Jadi sebuah kalimat yang kita hapus bisa kita munculkan lagi berulang-ulang, sampai kita menghentikannya.

Itulah bedanya dulu dengan sekarang. Sekarang, dengan sarana apa pun yang dengan mudah diakses bahkan diunduh, minat untuk "meneliti" hendaknya juga meningkat. Seperti yang saya katakan dalam artikel: Mengajari Anak Batak Aksara Batak: Metode Sim-ak:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun