Mohon tunggu...
JOE HOO GI
JOE HOO GI Mohon Tunggu... Penulis - We Do What We Want Because We Can

Author Blogger, Video Creator, Web Developer, Software Engineer, and Social Media Manager in Jogjakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Prabowo Teken Menolak "Equality Before of Law" Jika Terpilih Menjadi Presiden

19 September 2018   00:13 Diperbarui: 5 Februari 2020   04:57 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh sebelum diputusnya Ijtima Ulama II memberikan dukungan kepada bakal calon presiden Prabowo Subianto dan bakal calon wakil presiden  Sandiaga Salahuddin Uno, maka saya jauh-jauh hari sudah dapat begitu mudah memprediksinya. 

Alasan saya simple saja, jauh awal mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama adalah orang-orang yang track records mereka berada di kubu barisan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) yang notabene berada di kubu yang selalu mengorek-orek hingga sampai mengais-ngais mencari kesalahan Jokowi sebagai Presiden, jadi tidak mungkin Ijtima Ulama akan menjatuhkan pilihan kepada Jokowi, meskipun bakal cawapres dari Jokowi adalah Amin Ma'ruf yang notabene a big ulama figure.

Ketika diputuskan Ijtima Ulama II yang menjatuhkan pilihan kepada Prabowo-Sandiaga, maka secara tidak langsung Jokowi telah membuka veil of intelligence dihadapan ummahnya bahwa selama ini siapa sesungguhnya yang telah memplintar-plintir kepentingan ulama dan siapa sesungguhnya yang memberikan kontribusi nyata to defend the interest of the ulama. 

Prabowo yang digadang-gadang oleh mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama I agar dapat memilih bakal cawapres dari figure ulama, tapi yang terjadi justru sebaliknya Prabowo malah memilih Sandiaga sebagai bakal cawapresnya yang notabene bukan figure ulama, sementara Jokowi yang oleh mereka dituduh sebagai kontra ulama malah memilih bakal cawapres dari figure ulama.

Padahal jauh hari sebelum Prabowo memilih Sandiaga sebagai bakal cawapres, mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama I menetapkan dua pilihan dari figure ulama, yaitu Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Salim Segaf Al Jufri agar dapat mendampingi Prabowo sebagai bakal cawapresnya. Tapi yang terjadi UAS menolak sebagai bakal cawapres, sehingga mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama I tetap berupaya agar Prabowo dapat menjatuhkan pilihan figure ulama sebagai bakal cawapresnya kepada Salim Segaf Al Jufri. 

Peristiwa di atas bila saya analogikan dengan permainan catur, maka Jokowi is skilled as a landslide winner. Jokowi has appeared intelligently dengan menunjukkan tabir peristiwa yang sebenarnya kepada ummahnya betapa Jokowi yang berlatar belakang sebagai muslim dengan mengangkat bakal cawapresnya dari figure ulama justru mendapat penolakan dari mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama. 

Sementara mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama yang selama ini menggadang-gadang Prabowo agar dapat memilih bakal cawapresnya dari figure ulama justru ending  kenyataannya mereka malah menjilat ludahnya sendiri dengan memilih bakal capres Prabowo yang justru not from a Muslim family dan bakal cawapres Sandiaga yang dipilihnya pun ternyata not from a ulama figure.

Kalau realitasnya mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama menjatuhkan pilihan kepada Prabowo-Sandiaga, lantas mengapa tempo hari mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama begitu intens antusias sembari terus ngotot untuk memperjuangkan UAS dan Salim Segaf Al Jufri sebagai pendamping Prabowo sebagai bakal cawapresnya? 

Jika mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama konsisten dengan keputusan awalnya, maka seharusnya mereka kecewa kepada Prabowo yang telah mengkhianati mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama.

Pasca Ijtima Ulama I yang has failed menempatkan figure ulama sebagai bakal cawapresnya Prabowo, maka tampaknya ada perdebatan panjang yang cukup melelahkan yang terjadi di tubuh internal GNPF-Ulama dalam menentukan sikap Ijtima Ulama II, yaitu di antara dua bakal capres-cawapres memang harus segera ditentukan satu pilihan untung dan ruginya. 

Untuk menjatuhkan pilihan kepada bakal capres-cawapres Jokowi-Amin Ma'ruf tentunya tidak akan mungkin mereka lakukan mengingat policy Jokowi selama menjadi Presiden tidak pernah menguntungkan posisi mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun