Mohon tunggu...
Jo Amatir. Greenwood
Jo Amatir. Greenwood Mohon Tunggu... wiraswasta -

cuap cuap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Hati

10 Oktober 2012   19:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat Tengah hari yang berselimut panas. Di kasur busa berseprai tokoh kartun yang lagi populer, kau terlelap penuh peluh. Hanya berselimut secarik kutang merah yang terlihat menempel seadanya, dua bukit indahmu nampak naik turun berirama syahdu. hanya sesekali berguncang guncang kekiri kanan mengikuti gerak tidur pulasmu. Bintik merah kecil kecil menghiasi lapisan gunung indahmu bak habis di hisap oleh orang yang hampir mati kehausan. Satu jam yang lalu kau sepertinya baru saja melewati gurun nan maha sejuk, gurun yang menjajikan kenikmatan angin surga.

Sekarang kulai lemahmu tanpa daya, yang ada hanya rasa bahagia oleh bujuk lena surga dunia. seragam putih abu abu gelar pemudi terpelajar teronggok di sudut kamar. Menunjukan citra kedewasaanya pemiliknya. Tapi itu hanya sekedar seragam yang bagi sebagian pemuda pemudi pemiliknya adalah pakaian. Tak  simbol kebanggaan saat memakainya. Tawuran dan asrama cabul sebagai saksi aksinya.

Kini tubuh lelah itu mulai sadar dari tidur lelahnya. Dan senyum manja menghiasi tubuh mungil itu.

''beb anter aku pulang dulu, makasih ya hadiah indahnya, hari ini aku bahagia banget deh pokoknya''

'' ia bidadari cantiku.''

Namun dalam hati si pemuda berkata AKU benar-benar benci padamu itu. O, sungguh, kau harus tahu bahwa semua ini bukan salahku!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun