Saat Semua Offline, Langit Masih Online
Ada satu waktu dalam sehari di mana notifikasi belum ramai, pesan belum berdatangan, dan dunia belum memulai kegiatannya. Waktu itu bukan hanya sepi... tapi hening. Dan di antara keheningan itu, ada satu suara lembut yang memanggil---bukan dari layar, tapi dari langit.
Waktu itu disebut sepertiga malam terakhir. Dalam tradisi Islam, ia dikenal sebagai waktu mustajab untuk berdoa, menumpahkan harap, memohon ampun, dan menata ulang diri. Waktu yang sering kita abaikan... karena terlalu asyik scroll layar sebelum tidur.
Koneksi Terdalam Bukan di Cloud
Di dunia yang dibanjiri sinyal Wi-Fi, banyak orang merasa kehilangan koneksi yang lebih penting: koneksi dengan dirinya sendiri, dan dengan Tuhannya. Kita online setiap saat, tapi hati seringkali offline.
Shalat tahajud bukan sekadar ibadah malam. Ia adalah momen "log out" dari dunia digital untuk "log in" ke dalam keheningan batin. Di saat semua aplikasi terpejam, hati terbuka luas untuk menerima sinyal ilahi.
Kenapa Kita Semakin Susah Bangun?
Mungkin bukan tubuh yang lelah, tapi jiwa yang kehilangan arah. Kita hidup dalam ritme yang terlalu cepat, terlalu bising, terlalu sibuk. Bahkan ketika tidur, pikiran kita masih bekerja, membayangkan deadline, membalas pesan, menghitung likes.
Padahal, shalat malam hanya meminta satu hal: bangun, bersihkan hati, dan bicara pada Tuhanmu. Tak ada formalitas. Tak ada algoritma. Hanya engkau dan Dia.
Refleksi Seorang Programmer
Sebagai orang yang hidup dari dunia kode dan sistem 24/7, saya menyadari bahwa server terbaik pun butuh waktu maintenance. Maka saya pun mulai belajar memelihara server spiritual saya: dengan tahajud. Saat itu, saya benar-benar shutdown dari urusan dunia, dan membiarkan prosesor hati saya menyala pelan-pelan.