Mohon tunggu...
Joanne Gabriella Susanto
Joanne Gabriella Susanto Mohon Tunggu... Seorang murid

Saya adalah seorang murid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal Usul Brainrot dan Kenapa Makin Populer?

12 Oktober 2025   18:57 Diperbarui: 12 Oktober 2025   18:57 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://i.ytimg.com/vi/jkgxecg62xY/hq720.jpg?sqp=-oaymwEhCK4FEIIDSFryq4qpAxMIARUAAAAAGAElAADIQj0AgKJD&rs=AOn4CLAAXc7P4XFTnY0msBU9APKloLSIMA

Pernah gak sih kamu lagi scroll TikTok terus tiba-tiba muncul video buaya bersayap ngomong, 'Bombardiro Crocodilo!' atau monyet nyanyi 'Chimpanzini Bananini!'. Terus kamu malah ngakak padahal gak ngerti kenapa?
Yup, selamat datang di dunia Brainrot AI.

Fenomena ini muncul dari kombinasi aneh antara kecerdasan buatan (AI) dan ketidaksadaran kolektif manusia. Kita bikin hal-hal absurd, terus kita tonton rame-rame sampai viral. Kayak otak kita butuh hiburan tanpa logika dan brainrot ngasih itu semua.

Tapi lucunya, di balik semua keabsurdan itu, ada sesuatu yang jujur. Kita capek sama konten serius, berita berat, dan kehidupan yang makin rumit. Kadang, yang kita butuh cuma suara "tralalili tralalo" buat ngerasa hidup lagi.

Istilah brainrot sebenarnya sudah ada jauh sebelum jadi tren internet. Awalnya, kata ini digunakan oleh penulis Henry David Thoreau pada tahun 1854 dalam bukunya Walden untuk menggambarkan kemunduran intelektual manusia. Namun, seiring berkembangnya zaman, istilah ini berubah makna. Di era media sosial sekitar tahun 2000-an, "brainrot" mulai digunakan secara sarkastik untuk menyebut hal-hal yang dianggap "membodohkan otak," seperti menonton acara realitas tanpa makna atau scroll media sosial tanpa henti.

Memasuki era 2020-an, istilah ini berevolusi lagi, kali ini menjadi simbol budaya internet absurd. Di TikTok dan platform lain, "brainrot" dipakai untuk menggambarkan konten lucu, aneh, dan tanpa logika yang justru bikin ketagihan. Salah satu bentuk paling viral adalah Italian Brainrot, yang muncul sekitar awal 2025. Tren ini menggabungkan teknologi AI dengan humor nonsens seperti suara "tralalilalilo" atau karakter absurd yang berperilaku aneh. Awalnya hanya lelucon kecil di kalangan kreator Eropa, namun kemudian menyebar ke seluruh dunia karena efeknya yang "aneh tapi lucu".

Mungkin Brainrot AI bukan tanda otak kita rusak.
Mungkin itu cuma cara kita semua... istirahat dari kewarasan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun