Suara teriakan fans bergema seperti badai di udara malam Los Angeles, tapi di balik tatapan tajam dan koreografi yang sempurna, Jennie Kim berdiri bukan hanya sebagai bintang panggung—melainkan sebagai sosok yang telah bertarung dengan dirinya sendiri untuk bisa terus bersinar. Di balik gemerlap, ada cerita yang lebih dalam dari sekadar seorang idol K-Pop.
Coachella 2023, suhu hampir 30 derajat. Ribuan orang memadati padang gurun California. Ketika layar LED raksasa menampilkan siluet Jennie, waktu terasa berhenti sejenak. Ia muncul dengan aura yang tak terbantahkan: anggun, percaya diri, dan … nyata.
Banyak yang mengenalnya sebagai “Human Chanel” atau “K-Pop Worldwide Artist”, tapi sedikit yang benar-benar tahu perjalanan emosional dan mental yang membentuk Jennie hingga seperti sekarang. Lahir di Seoul dan menghabiskan masa kecilnya di Auckland, Selandia Baru, Jennie kecil tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi ikon global.
“Saya tidak tahu harus jadi apa waktu itu. Tapi saya tahu saya ingin mengekspresikan diri,” ujar Jennie dalam dokumenter Light Up The Sky Netflix.
Ekspresi itulah yang mengantarkannya bergabung dengan YG Entertainment di usia 14 tahun. Menjadi trainee selama enam tahun bukan hanya menguras fisik, tapi juga mental. Ada kalanya ia merasa ingin menyerah, apalagi ketika melihat rekan-rekan seangkatannya menyerah satu demi satu.
Tapi Jennie bertahan.
Dan ketika BLACKPINK debut pada 2016, dunia akhirnya melihat hasil dari kerja keras bertahun-tahun itu. Sejak saat itu, Jennie bukan hanya tampil sebagai penyanyi dan rapper, tetapi juga sebagai wajah utama BLACKPINK dalam berbagai momen penting: dari pemotretan Vogue hingga pertemuan diplomatik budaya dengan tokoh dunia.
Namun, seperti dua sisi mata uang, popularitas membawa tekanan.
“Ada masa-masa saya merasa sangat hampa,” katanya dalam wawancara dengan Rolling Stone. “Setiap hari kami tampil sempurna di atas panggung, tapi di dalam, saya mempertanyakan banyak hal. Apakah saya masih Jennie yang dulu?”
Yang paling menarik dari kisah Jennie justru datang dari keberaniannya melampaui batas peran sebagai idol, dan menjelma menjadi fenomena lintas industri. Pada 2023, ia menjadi idola K-Pop pertama yang tampil dalam serial HBO, The Idol, menandai pergeseran besar dalam bagaimana industri barat mulai membuka pintu lebih lebar untuk artis Asia.