keluarga. Hal ini pun melahirkan hubungan baru antara menantu dan mertua. Bagi banyak orang, membangun hubungan yang harmonis dengan mertua bagaikan menjemput "ibu kedua".
Pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan, tetapi juga duaNamun, kenyataannya, hubungan menantu dan mertua tidak selalu mulus. Seringkali diwarnai oleh perbedaan pendapat, intervensi dalam urusan rumah tangga, dan rasa cemburu.
Tak jarang, anggapan bahwa mertua adalah sosok yang "cerewet" dan "interventif" melekat kuat, hingga menimbulkan "persepsi negatif" antara mertua dan menantu, bahkan sebelum kehidupan pernikahan dimulai.
Tantangan Membangun Hubungan Mertua-Menantu
Membangun hubungan mertua-menantu yang hangat bukan tanpa tantangan. Berikut beberapa hal yang sering menjadi batu sandungan:
Perbedaan Generasi dan Budaya : Perbedaan usia dan latar belakang budaya dapat memicu kesalahpahaman dan konflik.
Ekspektasi yang Berbeda : Mertua dan menantu mungkin memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap peran dan tanggung jawab masing-masing dalam keluarga.
Komunikasi yang Kurang Terbuka : Kurangnya komunikasi yang terbuka dan jujur dapat memperburuk masalah dan memicu rasa resentment.
Kecemburuan : Mertua mungkin merasa cemburu dengan hubungan anaknya dengan menantunya, begitu pula sebaliknya.
Tips Membangun Hubungan Emosional yang Hangat
Tahukah Anda bahwa hubungan mertua dan menantu yang harmonis dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi individu maupun keluarga?
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family menemukan bahwa pasangan yang memiliki hubungan baik dengan mertuanya cenderung lebih bahagia dan memiliki pernikahan yang lebih langgeng.
Lalu, bagaimana membangun hubungan emosional yang hangat dengan mertua? Berikut beberapa tips yang bisa dicoba: