Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Masih Menyoal Sebutan Kepada Kaum Hawa

23 April 2022   15:36 Diperbarui: 23 April 2022   15:41 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dreamstime.com

Entah kenapa, beberapa tahun bahkan hingga belakangan ini terutama memasuki akhir bulan Desember dan akhir April setiap tahunnya ketika saya bermedia, baik media lisan maupun tulisan selalu saja ada yang menarik untuk diperhatikan.

Menjelang akhir Desember, tepatnya tanggal 22 diperingati Hari Ibu. Demikian halnya setiap menjelang akhir bulan April atau tepatnya tanggal 21 diperingati Hari Kartini, seperti pekan ini.

Di hari-hari besar bersejarah tersebut lazim berbagai media menghimpun, meliput, serta memublikasikan berbagai bentuk pemberitaan termasuk menampung opini atau pendapat dari berbagai kalangan dalam rangka pemberdayaan (empowering) kaum hawa.

Tampilan-tampilan pemberitaan melalui berbagai rubriknya, tentu pula mengandung maksud yang intinya memberi pengakuan atas beberapa prestasi yang telah diraih, sedang atau bahkan menggugah apa yang perlu dilakukan di masa mendatang.

Demikian halnya ulasan-ulasan yang meninjau dari nilai historis hingga ulasan dalam berbagai perspektif baru/kekinian semakin menunjukkan bahwa keberadaan kaum hawa ini menjadi layak mendapat perhatian tanpa diskriminasi.

Nah dari beragam pemberitaan lewat media tersebut, jika disimak secara seksama terlepas dari penilaian benar atau salah -- namun mengingat salah satu fungsi bahasa di antaranya secara personal sebagai cara mengungkapkan pendapat, pikiran, sikap ataupun perasaan penggunanya maka kepantasan pilihan kata untuk melangsungkan komunikasi dan adaptasi sosial layak mendapat perhatian bersama.

By the way, seringkali tulisan-tulisan atau ujaran yang disampaikan lewat media berkait dengan pemberdayaan ini masih menyisakan persoalan. Masih ditemui pilihan kata wanita, namun ada pula yang menyebutnya dengan sebutan/ kata perempuan.

Barang tentu kita tak elok untuk saling menyalahkan satu sama lain dalam persoalan ini, karena masing-masing bisa saja mempunyai argumentasi yang juga perlu diapresiasi, saling melengkapi seiring perjalanan kita sesama anak bangsa.

Kalau boleh saya berpendapat, mungkin artikel ini bisa disimak sebagai kancah untuk berbagi: https://www.kompasiana.com/jk.martono/55009b19a3331153725116a8/sepantasnya-menyebut-perempuan-bukan-wanita

Nah, bagaimana menurut pendapat kompasianer yang budiman?

JM (23-4-2022).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun