Sangat bisa jadi pada suatu ketikanya, masyarakat luas sebagai pengonsumsi produk media disuguhi konten-konten yang seolah spektakuler berupa hasil komodifikasi konten yang disuguhkan media modern.
Misalnya saja, kakek berusia 90 tahun ke atas disisipkan foto/gambar bertenaga enerjik seperti remaja. Atau nenek ini, itu, kembali berwajah muda, serta ajakan lain oleh media agar khalayak mengikuti kisahnya.
Tak terkecuali, peristiwa-peristiwa kekerasan, kelaparan, kemiskinan, bencana, sampai privasi para artis yang menyentuh emosi khalayak dikupas habis-habisan dan telah di-framing sedemikian rupa akan ditemui di era kebebasan informasi seperti saat ini, mungkin hingga kelak di kemudian hari.
Menghadapi gempuran maupun difusi informasi demikian sepertinya hampir tak mungkin lagi dapat dibendung. 'Banjir informasi' yang semakin luas jangkauan dan penggunaan teknologi di antaranya bisa diantisipasi  dengan cara cermat mengonsumsi konten media dan khalayak selalu aktif.
Cermat dalam artian selektif dalam mencari dan memilih konten media sesuai kebutuhan, kegunaan. Menjadi pengonsumsi konten media yang aktif dalam artian cerdas serta mampu membedakan mana konten yang faktual, konten yang bersifat opini, dan konten media yang bersifat campuran antara fakta dan opini.Â
Termasuk cerdas dalam menganalisis wacana, mengingat dalam setiap wacana seringkali tersisipi pesan atau maksud tersembunyi yang masih perlu dikritisi.
JM (3-11-2021).