Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Warnet R’neo: Setting Ruangan Antimesum

14 Juli 2013   19:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:33 3517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan-jalan ke arah Imogiri dari Kota Yogyakarta, tepatnya di kanan jalan kilometer 11,5 (sekitar 1,5 km selatan Pesantren Wonokromo) bisa ditemui sebuah usaha warung internet (warnet) bernama R’neo. Letaknya yang cukup strategis di kawasan permukiman jalan utama dan posisinya berseberangan dengan rumahsakit umum swasta Nurhidayah, membuat warnet ini selalu didatangi pengunjung.

Sore tadi (14/7) ketika penulis menjelajah kawasan tersebut sekaligus berkunjung ke warnet R’neo, disambut ramah oleh operator warnet Agus Sutarno, sambil melayani seorang pengunjung dan sedang bertransaksi. Di ruang tunggu tamu, nampak tulisan mencolok mata yang letaknya persis di atas pintu masuk ruang pengguna internet: ANDA MEMASUKI KAWASAN “DUNIA MAYA” HATI-HATI BERDO’ALAH SEBELUM SURFING.

[caption id="attachment_275029" align="aligncenter" width="300" caption="papan usaha/neon-box warnet R'neo (jm)"][/caption]

[caption id="attachment_275030" align="aligncenter" width="300" caption="spanduk R'neo (jm)"]

1373804432342448324
1373804432342448324
[/caption]

[caption id="attachment_275035" align="aligncenter" width="300" caption="kalimat/warning memasuki ruang pengunjung (jm)"]

1373805451883514812
1373805451883514812
[/caption]

[caption id="attachment_275031" align="aligncenter" width="300" caption="operator warnet, Agus Sutarno (jm)"]

13738048671936349850
13738048671936349850
[/caption]

Kalimat itu sepertinya berfungsi sebagai warning. Pesan moral religius-persuasif yang terkandung di dalamnya mengingatkan bahwa dampak berinternet bisa juga negatif, sehingga diharapkan pengunjung dapat “menjaga diri” jangan sampai terpengaruh hal-hal yang berakibat kurang baik. Di samping juga tentunya mengindikasikan bahwa pemilik warnet ini menginginkan usahanya berjalan saling menguntungkan. Di satu sisi, usaha pokok warnet dan usaha terkait yang memberikan profit, di sisi lain bagi para pengguna/pengunjung bisa memetik manfaat informasi yang diperolehnya.

[caption id="attachment_275032" align="alignleft" width="300" caption="waktu operasional warnet R"]

1373804994662627408
1373804994662627408
[/caption]

[caption id="attachment_275033" align="alignleft" width="300" caption="ruangan/boks warnet terbuka (jm)"]

137380521131763729
137380521131763729
[/caption]

[caption id="attachment_275034" align="alignleft" width="300" caption="salah seorang user warnet (jm)"]

13738053261369402113
13738053261369402113
[/caption]

Memasuki ruang komputer warnet ditemani operator Agus, nampak bahwa suasananya lumayan terbuka, terkesan familier. Di dalam boks-boks berupa bilik berbahan sekat triplek, tinggi hanya 1 meter-an yang terdapat di warnet R’neo ini tanpa disediakan kursi. Setiap pengunjung/pengguna cukup disediakan karpet sebagai tempat duduk lesehan sambil berinternet.

“Di bulan ramadhan seperti sekarang, pengunjung relatif sepi, pak. Bisa dimaklumi, mengingat banyak warga mempersiapkan diri beraktivitas memenuhi kebutuhan berbuka puasa dan aktivitas terkait. Namun jika hari-hari biasa, lumayan ramailah pengunjungnya,” bincang Agus ketika memasuki ruang komputer pengunjung.

Dan benar adanya, dalam amatan hanya terlihat 4 (empat) pengunjung yang sedang online, dua orang anak-anak dan dua orang lainnya dewasa. Masing-masing nampak serius melakukan surfing atau mungkin pula sedang nge-game. Sayangnya penulis tidak sempat berwawancara kepada mereka, lantaran serius semuanya…

[caption id="attachment_275036" align="alignleft" width="300" caption="warnet R"]

13738055981279576658
13738055981279576658
[/caption]

Berkunjung ke warnet R’neo yang berlokasi di Desa Bem-bem, Jetis, Bantul ini memang memberikan kesan tersendiri. Setidaknya, menepis anggapan umum bahwa warnet merupakan ajang berbuat mesum bagi pengguna/pengunjungnya. Anggapan tersebut ternyata tak terbukti ketika penulis mengunjungi warnet milik seorang pengusaha bernama Risdian, yang telah beberapa waktu berpengalaman di wilayah ibukota Jakarta dan kini mendirikan dua warnet yang terdaftar secara resmi di Pemkab Bantul.

Di ruangan besar berukuran sekitar 10 X 7 meter terpasang sejumlah titik kipas angin (fan), bilik-bilik berupa boks yang berjumlah 10 buah dengan luas masing-masing 120 X 140 cm diposisikan saling berhadapan. Sebanyak 5 boks berada di sisi kiri dan 5 boks berada di sisi kanan, sedangkan di bagian tengah untuk jalan umum menuju ruang belakang, yaitu toilet atau menuju kamar keluarga pengelola warnet.

Menurut Agus, “setting ruangan dan boks bagi setiap pengguna internet di sini memang sengaja dibuat sedemikian terbuka. Warnet kami > antimesum, tidak menyediakan tempat untuk berbuat mesum, seperti kasus-kasus yang sering diungkap lewat media. Salah satu tujuan usaha warnet R’neo adalah agar masing-masing pengguna atau user benar-benar memanfaatkan internet secara optimal.” Bahkan jika memang diperlukan kita pun fleksibel, saat bulan puasa menyesuaikan > jam tutup bisa diundur sedikit sampai kebutuhan informasi yang dicari user terpenuhi, imbuhnya.

Ditanya soal harga dan para pengguna, Agus menjelaskan detail bahwa tarif nge-net di sini secara umum Rp 3.000 per-jam. Namun ada pula sistim paketan, yaitu paket 2 jam = Rp 5 ribu, paket 3 jam = Rp 8 ribu, paket 4 jam = Rp 10 ribu, dan paket 5 jam = Rp 12 ribu rupiah. Sedangkan para pengguna/user di warnet R’neo berasal dari berbagai lapisan warga yaitu pelajar/siswa SMP/SMA/SMK, mahasiswa, umum, dan beberapa karyawan rumah sakit setempat. Mereka yang datang ke warnet ini biasanya sudah menjadi pengguna atapun pelanggan tetap.

Dalam aktivitas usahanya, R’neo di samping punya usaha pokok yaitu warnet, juga menyediakan fasilitas lain sebagai pelengkap yaitu foto-copy, print, laminating, penjilidan, sedia meterai, jual pulsa HP, PLN/listrik, flash-disk, servis HP dan komputer/laptop. Tersedia pula beberapa alat-alat tulis dan kantor (ATK). Itu semua merupakan suatu diversifikasi/penganekaragaman supaya usaha yang telah dirintis ini semakin maju dan berkembang. Demikian ditambahkan Agus ketika menutup perbincangan singkat, sore tadi.

JM (14-7-2013).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun