Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Timnas Indonesia Jadi "Underdog" Lawan Thailand

1 Januari 2022   06:30 Diperbarui: 11 Januari 2022   15:40 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Final Leg 1 Indonesia vs Thailand Rabu (29/12/2021) lalu saat undian pilih tempat atau bola. Dokpri

Dilihat dari sisi usia, rata-rata pemain Indonesia jauh lebih muda dari pemain-pemain Thailand. Ini bisa dilihat dari daftar line up pemain Thailand yang pertama diturunkan menghadapi Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan di paruh pertama 90 menit pertandingan. Tetapi ‘newbie’ timnas Garuda bukan berarti harus menjadi takut menghadapi tim yang diperkuat  ‘selebritis’ sepak bola di negeri Gajah Putih.

Coba digelar satu persatu pemain-pemain yang pertama dipasang oleh pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-Yong serta yang diturunkan oleh pelatih asal Brasil-Jereman Alexandré Pölking di Leg 1 Final di bawah ini:

Indonesia – Nadeo Argawinata (24), Edo Febriansyah (24), Rizky Ridho (20),

Witan Sulaeman (20), Rachmat Irianto (22), Asnawi Mangkualam (22), Ricky Kambuaya (25), Fachrudin Aryanto (32), Irfan Samaling Kumi alias Irfan Jaya (25), Dedik Setiawan (27), Alfeandra Dewangga (20).

Thailand – Iwarak Tedsungnoen (27), Youssef Elias Dolah (28), Supachok Sarachat (23), Teerasil Dangda (33), Bordin Phala (27), Philip Roller (27), Phitiwat Sukjitthammakul (26), Chanatip Songkrasin (28), Tristan Do (28), Kritsada Kaman (22), Weerathap Pomphan (25).

Tujuh dari sebelas pemain pertama tim Garuda merupakan pemain-pemain di bawah 25 tahun. Mereka adalah kiper Nadeo Argawinata, Edo Febriansyah, Rizky Ridho, Witan Sulaeman, Rahmat Irianto, Asnawi Bahar Mangkualam, Alfeandra Dewangga. Bahkan Rizky Ridho, Witan Sulaeman, Alfeandra Dewangga mereka masih 20 tahun!

Belum kalau diturunkan Pratama Arhan (20) melawan Thailand di Leg 2 di Stadion National Singapore Sabtu (1/1/2022) malam ini. Apa nggak pasukan 20 tahunan, lawan tentara ‘gaek’ di atas 25 tahunan Thailand? Kalau Thailand yang gaek itu kalah? Lha yo kebangetan. Kalau Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan yang menang? Silakan malu hati...

Belajar dari kekalahan

Kecuali Supachok Sarachat (23) semua pemain Thailand adalah pemain-pemain di atas usia seperempat abad. Tentu, mereka lebih memiliki kematangan seiring dengan tingginya jam terbang. 

Apalagi, di antara mereka ada yang sudah berpengalaman bermain dalam kompetisi antarklub di luar negeri seperti playmaker top mereka, Philip Roller yang kelahiran Muenchen Jerman (10 Juni 1994), dan ketika kecil bermain untuk klub lokal TSV Bad Boll sebelum bermain untuk klub Grasshopper di Zurich, Swiss. 

Ia juga pernah bermain di liga Regional di Austria ketika dikontrak SC Austria Lustenau. Pemain ini sangat berbahaya menusukkan serangan dari sisi kanan, serta menjadi playmaker terandal tim Thailand di AFF 2020 kali ini.

Chanatip Songkrasin (28) sang kapten, juga merupakan pemain paling berbahaya di depan gawang Nadeo Argawinata. Ia pencetak dua dari empat gol ketika Thailand mengalahkan Indonesia 4-0 di leg pertama Rabu lalu. 

Gelandang penyerang, yang relatif paling pendek tubuhnya di antara teman setimnya, justru berpengalaman bermain di klub Jepang, Hokkaido Consadole Sapporo.

Dari permainan melawan Indonesia di Leg 1, terlihat tim Thailand mengalir serangannya, dan ball possession bertiga, berempat, sulit diputus. Sementara, setelah kecolongan gol hanya dua menit memasuki pertandingan, Asnawi Mangkualam dkk seperti sulit bangkit. 

Apalagi di menit 41, peluang emas Alfeandra Dewangga di posisi bebas di depan gawang, tak berhasil membuahkan gol. Tendangannya kelewat melambung di atas mistar gawang kiper senior Thailand, Iwarak Tedsungnoen. Makin hilang kepercayaan diri.

Mungkin kah Indonesia menang? Tentu mungkin meski tekor 4 gol, melihat kehebatan pemain-pemain muda usia Indonesia ketika mereka membantai Malaysia 4-1 di fase grup sebelum semifinal, serta Singapura 4-2 di leg 2 setelah di Leg 1 bermain imbang 1-1. Permainan Asnawi, Pratama Arhan, Witan Sulaeman dan kawan-kawan tampil memikat.

Pertandingan Leg 2 Final Sabtu malam ini tentu sangat menarik, lantaran di atas kertas Indonesia sudah kalah sebelum bertanding. Melangkah ke lapangan dengan modal tekor 0-4. Artinya kalau mau menang, tentu harus setidaknya dengan skor telak 5-0, atau 4-0 untuk membawa juara lima kali AFF Thailand dalam adu penalti.

Strategi apa yang akan diterapkan pelatih Shin Tae-Yong tentu menarik disimak untuk menghadapi permainan solid Thailand. Memang tidak harus risau menjadi “underdog” melawan Thailand, saat memasuki lapangan pertandingan. Tiada yang tak mungkin terjadi di muka bumi ini. Apalagi di lapangan hijau.

Ada kata-kata emas menarik dari politisi AS, Ross Perot soal “underdog” ketika ia menghadapi politisi-politisi yang jauh lebih berpangalaman dan lebih andal dari dirinya: “Life is never more fun than when you’re the underdog competing against the giants..,”  Tidak ada yang lebih menyenangkan dalam hidup seperti saat dirimu menjadi ‘underdog’ harus bertanding lawan raksasa-raksasa... *

JIMMY S HARIANTO (01/01/2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun