Keputusan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang meninjau tiket murah kiranya patut dipandang sebagai pencerminan kepedulian pemerintah terhadap nasib rakyat kecil. Tentu saja masyarakat berharap tiket pesawat bisa diturunkan serendah mungkin agar terjangkau masyarakat. Namun dengan tiket murah itu bukan berarti keselamatan tidak terjamin.
Lelucon yang mengatakan "Kalau tiket murah ya keselamatan tidak terjamin" sudah harus ditinggalkan. Kalau tidak, maka ungkapan orang asing yang tinggal di Jakarta yang mengatakan hidup di Indonesia murah (life is cheap in Indonesia) kelihatannya benar.
Insiden jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 dari Surabaya menuju Singapura tanggal 28 Desember 2014 di Selat Karimata, menyadarkan Menhub Ignasius Jonan ternyata banyak penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan untuk membuat penerbangan murah itu. Tindakan tegas juga sudah diambil terhadap orang-orang yang seharusnya bertanggungjawab.
Karena keadaan geografis negara kita, yang ditandai dengan pulau-pulau yang banyak, sementara transportasi laut belum begitu nyaman dan cepat, maka naik pesawat merupakan salah satu pilihan utama. Untuk itu masyarakat berharap agar pelayanan penerbangan dapat dilakukan dengan sebaik mungkin, termasuk dengan biaya tiket yang murah.
Namun dengan tiket murah, bukan berarti persyaratan untuk keselamatan penumpang boleh dikurangi.Tidak! Itu sangat tidak manusiawi. Dengan tiket mahal pun bukan berarti keselamatan atau prosedur keselamatan boleh ditawar-tawar.
Sekali lagi setuju untuk meningkatkan perbaikan dalam naik pesawat, terutama keselamatan dan kenyamanan, dan juga biaya yang ekonomis atau murah sehingga semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya. Tapi keselamatan penerbangan harus yang utama.
