Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gubernur Anis, Mari Kita Bersihkan Udara Jakarta; Ini Jalan Keluarnya

15 Agustus 2019   09:55 Diperbarui: 15 Agustus 2019   11:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika gagasan untuk menerapkan penggunaan kendaraan bermotor dengan sistem ganjl genap di Jakarta beberapa waktu lalu, banyak yang tersenyum geli dan menganggap itu gagasan yang mustahil dan tidak menyelesaikan masalah. Gagasan itu muncul karena penggunaan konsep "three in one" yakni di dalam satu mobil harus ada minimal tiga orang ternyata tidak menyelsaikan masalah bahkan banyak dampak negatifnya yakni banyak orang yang menawarkan dirinya untuk masuk mobil dengan meminta bayaran.

Kini Jakarta sudah terbiasa dengan penggunaan genap ganjil, bahkan akan diperluas. Memang ada keluhan terutama dari pengguna kendaraan bermotor. Alasannya banyak; antara lain bahwa penggunaan sistem ganjil genap justeru memicu orang membeli dua kendaraan agar setiap hari bisa keluar.

Memang menerapkan sistem baru itu tidak mudah. Dulu kota Jakarta banyak yang mencibir penggunaan helm kalau naik kendaraan bermotor roda dua, bahkan ada yang sengaja menggunakan panci di kepala sebagai bentuk kritikan, namun sekarang orang menganggap aneh kalau ada yang mengendarai kendaran bermotor roda dua tanpa menggunakan helm.

Tahun 2019 tiba-tiba kota Jakarta dinyatakan sebagai kota dengan udara terkotor di dunia, bahkan lebih buruk dari pada kota Beijing yang sebelumnya selalu menjadi juara terkotor. Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membuat udara Jakarta bersih?

Sebenarnya upaya pengurangan kendaraan bermotor itu baik. Dengan adanya kereta api yang lebih memadai dan manusiawi, kemudian kendaraan Trans Jakarta yang lebih cepat dan manusiawi, kemudian MRT dan LRT yang canggih penggunaan kendaraan pribadi sudah jauh berkurang. Kemacetan di Jakarta juga sudah jauh berkurang. Kita teruskalah apa yang sudah baik.

Konon waktu listrik padam tanggal 4 Agustus 2019, kekotoran udara kota Jakarta langsung turun dari urutan pertama menjadi urutan ke-15. Lalu setelah listrik menyala, kembali kekotoran udara kota Jakarta langsung melejit ke urutan ke-3. Dengan demikian penggunaan energi yang luar biasa itu ternyata menyebabkan kekotoran udara Jakarta.

Apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk membersihkan kota Jakarta? Mungkin saja awalnya dianggap aneh, tapi kalau ada upaya bersama untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi pada hari Sabtu dan Minggu bagus juga. Tentu harus memikirkan bahwa kendaraan umum tersedia. Kalau dimulai dengan presiden dan para menteri, gubernur serta keluarganya, pengusaha besar dan keluarganya, pasti dampaknya besar. Pakai "selfie" karena naik kendaraan umum juga tidak apa-apa. Kalau memang kekotoran udara kota Jakarta langsung turun dengan cara itu maka itu bisa menjadi alternatif bagi kita.

Sebenarnya tidak perlu harus menindak yang masih menggunakan kendaran pribadi pada hari-hari itu, karena orang Indonesia itu pada hakekatnya cepat meniru. Kalau orang-orang hebat di negeri ini memulai yang baik, pasti masyarakat cepat menirunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun