Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK on Stage: Change Management, Relapse and Amok

23 Oktober 2015   19:24 Diperbarui: 23 Oktober 2015   19:38 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Srigala Belum Menjadi Domba"][/caption] 

- Glossary - 

Change management is a structured approach for ensuring that changes are thoroughly and smoothly implemented, and that the lasting benefits of change are achieved. The focus is on the wider impacts of change, particularly on people and how they, as individuals and teams, move from the current situation to the new one - https://www.mindtools.com/pages/article/newPPM_87.htm

A relapse or recidivism is a recurrence of a past (typically medical) condition. For example, MS or malaria often exhibit peaks of activity and sometimes long periods of dormancy. Relapse, in relation to drug abuse, is resuming the use of a drug or a chemical substance after one or more periods of abstinence - https://en.wikipedia.org/wiki/Relapse

a·mok (əˈmək,əˈmäk /adverb) is behave uncontrollably and disruptively. "stone-throwing anarchists running amok". Synonyms: go berserk, get out of control, rampage, riot, run riot, go on the rampage,behave like a maniac, behave wildly, behave uncontrollably, become violent, become destructive; informalraise hell, go postal"the robot is running amok in Sector B"

***

Persoalan berulang yang selalu kita hadapi ketika ingin melakukan suatu perubahan - termasuk berbenah atau memperbaiki diri - adalah pada keinginan dan kemampuan mengelola perubahan itu sendiri (change management).

Khilaf, salah, dan alpa adalah sifat-sifat manusia. Terjebak kebiasaan dan berlindung di balik khilaf, pura-pura tak tahu dan mengabaikan kesalahan, ataupun acuh pada alpa yang disengaja juga hal-hal yang manusiawi. Hingga ketika kesadaran itu datang. Sukarela ataupun dipaksakan. Lalu kita menginginkan sebuah perubahan. 

Demikianlah yang terjadi di negeri tercinta ini setelah kekhilafan, kesalahan, dan kealpaan Soeharto bersama Orde Baru-nya dihentikan tahun 1998 lalu. Begitu banyak yang diganti atau ditukar, dipindahkan dari satu extrem ke extrem yang lain, ataupun ditiadakan dari yang lama lalu begitu saja mengubahnya dengan yang baru. Karena hal-hal yang sebelumnya seperti sebuah keniscayaan itu - khilaf, salah, dan alpa - 'telah' diterima atau dilakoni. Dengan terpaksa ataupun sengaja. Bersungut-sungut atapun menggerutu.

Kekecewaan terhadap yang lama itu memang telah menumpuk. Lalu memuncak dan meledak ketika kerusakannya sudah tak tertutupi lagi. Ekonomi bangkrut, barang-barang menghilang dari pasaran, harga menjulang tinggi, dan uang maupun harta benda tak lagi berarti.

Euforia-pun menyergap seolah-olah semua telah berubah, dikuasai, dan alim. Layaknya membalik telapak tangan.

Kita khilaf : musang-musang itu telah lama beranak-pinak dan ada dimana-mana.

Kita salah : mengira semuanya sungguh-sungguh domba padahal sebagian besar diantaranya adalah musang yang bersalin rupa.

Kita alpa : terlalu panjang dan lama raja musang berkuasa dan mencengkram hidup para domba dan memangsa anak-anak mereka.

Ya, kumpulan srigala itu terkejut! Tak pernah menyangka situasi yang berbalik. Tapi mereka paham, berpengalaman, juga piawai.

“Tak perlu menentang arus”, ujar salah satunya.

“Cukup menggunakan jurus-jurus sederhana memungkas semua itu”, kata yang lain.

Dan justru merekalah yang secara cermat, sabar, teliti, dan terukur paling mampu menyusun langkah-langkah agar kembali kepada keadaan semula: sebuah kemewahan lancung yang sudah membudaya dan menjadi bagian gaya hidupnya ketika penguasa yang diruntuhkan itu masih berkuasa.

***

Sesungguhnya tahun 1999 itu adalah kesempatan emas jika dan hanya jika tokoh-tokoh yang merontokkan Orde Baru itu tidak sibuk bertikai berebut panggung. Alih-alih menyusun langkah agar perubahan yang diinginkan terkelola baik. Malah musang-musang berwujud domba itu leluasa menyusun barisan, mengatur langkah, dan menjadwalkan serangan baliknya.

“Kalian tak tahu. Kebiasaan yang katanya buruk itu tak seberapa dibanding kenikmatannya!”

Kita lupa menyiapkan pusat rehabilitasi menghilangkan kecanduan mereka. Relapse. Kumat lagi! 

Kini mereka mengira saat yang tepat untuk menggempur dan meruntuhkan benteng pertahanan utama kita itu : KPK!

Ah, tapi mereka lupa! Kosa kata 'amok' hanya ada di negara kita yang tercinta ini. Tak mungkin ditemukan di kamus bahasa asing manapun.

*) Ilustrasi Gambar : http://www.drawingsomeone.com/howling-wolf-drawing/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun