Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Contoh Surat Terbuka dari Fadli Zon

29 Juni 2016   02:05 Diperbarui: 29 Juni 2016   02:33 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepada yth.

Bangsa Indonesia

Aduh, kok jadi rame gini sih cuma gara-gara minta tolong ngelayani anak saya yang lagi ke New York? Dia kan anak perempuan saya? Emangnya ga boleh ya kalau saya sayang sama anak sendiri? Ntar kalau sama anak orang lain bukannya kalian lebih heboh?

Begini ceritanya.

Kalian harus paham kalau saya ini anggota DPR. Wakil ketua pula. Saya duduk di sana dari partai yang tidak berada di lingkaran pemerintah yang sedang berkuasa. Jadi sebetulnya saya sekalian ingin menguji profesionalisme kantor pemerintah kita di New York itu. Kira-kira kalau saya yang berasal dari partai di luar kekuasaan minta tolong, mereka mau melayani apa tidak? Gitu lho!

Saya kan sibuk ngurus negara. Kepentingan bangsa kita lah pokoknya! Terhadap pengorbanan hebat dan besar yang saya lakukan hingga saat ini, masak saya tidak boleh minta kompensasi sedikit kepada negara untuk ngurusin puteri saya yang sedang berkunjung ke luar negeri menggunakan fasilitas yang ada?


Jangan salah baca lagi ya. Saya cuma minta kompensasi. Bukan barter, kok!

Ada yang lebih penting lagi.

Masak kalian tidak ingat kalau saya cukup dekat dengan Donald Trump?  Apa kalian semua tidak malu kalau salah satu calon kuat Presiden USA yang kelak menggantikan Barrack Obama itu tahu anak saya datang tapi tidak dilayani dengan fasilitas negara?

Saya sih bisa saja minta tolong supaya dia menyediakan fasilitas menjemput dan melayani anak saya di sana. Tapi kan dia masih mungkin menolak permintaan saya itu?

Jadi saya sebetulnya telah berfikir keras untuk tidak mempermalukan 2 hal sekaligus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun