Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Eling Lan Waspodo

5 Juli 2020   00:17 Diperbarui: 6 Juli 2020   08:42 2621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suharto dan Jokowi, diolah oleh penulis

Akibat dari "kemarahan" yang bercampur baur, antara keyakinan agama, kekacauan ekonomi, hingga pergumulan politik yang semerawut. Hal yang kemudian berkembang jauh pada tindakan-tindakan yang diduga mengarah kepada makar.

Sebagian besar masyarakat hari ini, mungkin telah kehilangan orientasi terhadap makna perseteruan yang berlangsung. Sebab, semakin tak terlihat untuk tujuan maupun kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa kita yang majemuk.

Kemewahan dalam kebebasan mengemukakan pendapat dan berserikat, sedemikian rupa, dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan sempit. Apalagi di tengah kemudahan yang ditawarkan teknologi digital mutakhir. Alih-alih dimanfaatkan untuk memberdayakan hal yang kini sesungguhnya lebih dimungkinkan.

Capaian dan kemajuan teknologi itu justru memporak porandakan kebersamaan yang selama ini kita agung-agungkan dan junjung tinggi. Satu dengan yang lain, justru saling mencurigai. Kita seperti tak lagi mempercayai kemewahan sekaligus keindahan dari keberagaman itu sendiri.

***

Back to The Future

Ketegangan politik yang berlangsung bertahun-tahun ini, tak disadari oleh sebagian kalangan, telah menggerogoti kegembiraan dan optimisme. Sebaliknya, justru mengembangkan semacam dikotomi superior-inferior pada benak masing-masing. Menyuburkan pesimisme terhadap masa depan kebersamaan.

Saya tak pernah membayangkan sebelumnya, jika makna persaudaraan dan persahabatan, bakal terganggu gara-gara perbedaan pandangan politik maupun keimanan yang berbeda. Tak pernah sekalipun saya menyangka keadaan yang seperti sekarang ini, bakal terjadi. Yakni ketika keakraban dan ketulusan silaturahmi yang apa adanya, menjadi mustahil.

Tiba-tiba saya merasa, kita telah melompat terlalu jauh ke belakang.

Bagi mereka yang mengalami kehidupan di masa Orde Baru berkuasa, mungkin dapat lebih memahami situasi yang dimaksud. Ketika itu, rezim kekuasaan Suharto yang ingin bertahan dan hidup selamanya, berada pada sisi yang ingin dirobohkan, disingkirkan --- jika mungkin dihapuskan --- oleh sekelompok yang lain.

Bukan sekedar karena tak setuju terhadap putusan dan kebijakannya. Tapi lebih disebabkan ada yang tak menyukainya secara pribadi. Bahkan membencinya. Seolah-olah tak satupun kerja yang pernah dilakukannya, benar dan bermanfaat.

Bedanya, ketika itu tak ada yang tahu kapan dan bagaimana kekuasaan Orde Baru bakal berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun