Metode terakhir dinilai lebih akurat. Sementara tes cepat yang yang mencermati antibodi di dalam darah pasien, kerap menyampaikan informasi semu. Sebab, hasilnya mungkin 'negatif palsu' jika dilakukan pada waktu yang tidak tepat. Seseorang yang sesungguhnya sudah terpapar, antibodi IgG dan IgM bersangkutan bisa saja terdeteksi negatif.
+++
Kita tentu berharap, rasio yang dinyatakan positif terpapar -- jika jumlah tes sesuai rekomendasi WHO dilakukan dengan jauh lebih luas -- tidak setinggi angka 22% tadi (tadi malam ketika masih tercatat 7.193 tes nilainya 29 persen).
Akan tetapi, kita juga tak bisa menutup mata dari indikator yang ditunjukkan Amerika maupun Italia. Kedua negara tersebut semula ragu dalam menerapkan pembatasan mobilitas masyarakatnya dan tidak setanggap sejumlah negara yang sejauh ini dinilai relatif berhasil mengendalikan. Seperti Cina, Korea, dan Singapore.
Pada artikel sebelumnya, telah disampaikan kalau Korea adalah satu-satunya -- dari 17 negara yang sekarng telah mencatat lebih dari 10 ribu kasus positif -- yang mampu memperlambat perluasan Covid-19. Sejak kasus ke-1000 mereka mencapai kasus ke 10 ribu dalam jangka waktu 37 hari.
Sementara Singapore yang kini telah mencatat 1.189 kasus, jumlah korban meninggal dunianya hanya 6 jiwa. Worldometers mencatat mereka telah melakukan sebanyak 6.666 tes untuk setiap 1 juta penduduknya yang berjumlah 5.850.342 jiwa.
Malaysia yang mencapai kasus ke-1000 pada tanggal 20-3-2020 lalu, hingga hari ini baru mencatat 3.483 kasus dengan angka kematian 57 jiwa. Mereka telah melakukan 49.570 tes atau 1.532 untuk setiap 1 juta penduduknya.
Secara jumlah memang 5,1 kali Indonesia. Tapi jika dilihat dari rasio per 1 juta penduduk, mereka telah melakukannya hampir 42,5 kali lipat dibanding kita.
Filipina maupun Thailand yang telah melakukan tes per 1 juta penduduk 50 dan 339, mencatatkan CFR (case fatality rate) sebesar 4,7 dan 1,0 persen. Jauh di bawah Indonesia yang 2 hari belakangan ini masih mencatat angka 9,1 persen.
+++
Ada yang menggelisahkan. Mengutip data dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Reuters kemarin menyampaikan jumlah penguburan warga ibukota per bulan, sejak Januari 2018 hingga Maret 2020.