Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia yang Galau Jelang Pemilihan Kepala Daerah

19 Juni 2018   18:57 Diperbarui: 20 Juni 2018   12:44 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari Harmoni, Dwi Minarti, Salihara 2011 (dok pribadi)

Di tengah semangat melakukan reformasi bangsa, pola dan cara fikir kelompok yang sebelumnya terlibat dalam sistem birokrasi dan kekuasaan yang terpengaruh budaya KKN itu, tetap leluasa terlibat aktif merumuskan langkah-langkah yang akan ditempuh. Termasuk dalam 'memerdekakan' setiap masyarakat mengekspresikan pendapat dan berserikat. Maka lahirlah, atas nama euforia semangat demokrasi yang sedang berlangsung, puluhan partai politik anyar. 

Sebuah keniscayaan jitu untuk memecah perhatian dan suara bangsa terhadap agenda utama Reformasi nya sendiri. Bagaimanapun, setiap partai tentu akan memperjuangkan pilihan maupun keberpihakan masyarakat terhadap cita-cita yang diperjuangkan masing-masing. Maka sesungguhnya, setelah Pemilu paling demokratis yang pernah berlangsung d Indonesia itu, suara rakyat mulai terpecah dan Golkar pun berhasil mempertahankan keberadaan dan pengaruhnya pada peta politik kekuasaan Indonesia.

Terbukti mereka berhasil menduduki peringkat kedua suara terbanyak yang mengisi kursi legislatif DPR RI pada Pemilu 1999 itu. 

+++

Pada 462 wakil rakyat yang terpilih melalui Pemilu 1999 itulah kita meletakkan kepercayaan untuk menyusun cetak biru sekaligus langkah-langkah strategis merealisasikan Reformasi yang dicita-citakan. Melalui Golkar, 120 atau lebih diantaranya, atau 25 persen, diduduki oleh sosok-sosok yang pernah malang melintang dalam kekuasaan Suharto dan Orde Baru sebelumnya. Jumlah significant itu belum termasuk sosok-sosok yang menyusup dan tersebar pada berbagai partai yang baru terbentuk lainnya. 

Dari sanalah bermula 'politik dagang sapi' Indonesia. Termasuk penyusupan berbagai agenda kepentingan pada rancangan legislatif yang berkenaan dengan otonomi daerah hingga pemilihan kepala daerah dan presiden secara langsung. 

+++

Maka sesungguhnya tak terlalu mengherankan jika sebagian rakyat yang kecewa terhadap capaian kepemimpinan Gus Dur dan Megawati (2 tahun) yang dilanjutkan oleh Megawati dan Hamzah Haz (3 tahun), melirik ke arah SBY yang sesungguhnya termasuk bagian dari masa lalu itu. 

Pada Pemilu 2004, Golkar justru berhasil meraih suara terbanyak (21,6 persen atau sedikit turun dibanding 22,4 persen tahun 1999). Sementara PDIP merosot tajam. Mereka hanya meraih 18,5 persen. Turun hampir setengah dari perolehan 1999 yang mencapai 33,7 persen. 

Partai Demokrat yang didirikan SBY setelah mengundurkan diri dari kabinet Megawati, malah berhasil menguasai 7,5 persen suara dan menempati urutan kelima. Bahkan --- perolehannya yang hampir setengah suara yang dikumpulkan PDIP --- berhasil mengungguli PAN (6,4 persen) dan PKS (7,3 persen).

+++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun