Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Soe Hok Gie hingga Rudi Hartono, lalu Ahok

16 April 2017   10:37 Diperbarui: 16 April 2017   20:00 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya tak pernah mendengar keluhan tentang garis turunan Tionghoa 'om' Kwik Kian Gie. Juga agamanya.

Perubahan itu akhirnya terjadi. Soeharto tumbang dan Kwik yang tergabung di PDIP kemudian menduduki posisi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri di masa kepemimpinan Gus Dur. Lalu sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ketika Megawati naik menjadi Presiden RI kelima.

Tak pernah ada pembahasan serius soal agamanya.

+++

Mira Lesmana dan Riri Riza justru terkesima dengan sosok Soe Hok Gie. Salah seorang Mahasiswa UI yang pecinta alam sekaligus demonstran di zamannya. Ia hidup di masa pergolakan paska kemerdekaan Indonesia ketika militer berkonflik dengan PKI. Ia menghormati Sukarno sebagai founding father Indonesia, tapi sekaligus juga membenci pemerintahannya yang diktator sehingga menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Hok Gie yang banyak mengetahui ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan berbagai korupsi yang berlangsung di bawah pemerintahan Sukarno, menyuarakannya melalui tulisan-tulisan kritis dan tajam di media.

Mira dan Riri justru memilihnya untuk diangkat ke layar lebar beberapa tahun lalu. Bukan salah satu dari tokoh pergerakan lain yang sebagian diantaranya hidup bergelimang kecukupan hingga 32 tahun masa Soeharto berkuasa. Bahkan hingga hari ini.

Lalu kita pun berbondong-bondong menyaksikan 'Gie'. Tanpa mempersoalkan agama dan ras turunan dari tokoh itu.

+++

Tapi mengapa Ahok yang juga turunan Tionghoa dan memang bukan muslim, terus saja dipermasalahkan?

Sampai saat ini semua yang dituduhkan padanya semakin benderang sebagai upaya mengada-ada dan penuh fitnah. Berbagai capaiannya yang luar biasa mewujudkan hal-hal yang sebelumnya hampir dianggap mustahil, seperti tak ada artinya.

Berapa puluh tahun Kalijodo --- meski terletak di pintu gerbang Jakarta dan mudah terlihat siapapun yg baru mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta --- jadi sarang maksiat yang tak tersentuh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun