Mohon tunggu...
Jihan Infatiha
Jihan Infatiha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa PAI 2019 IAIN Jember
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam A1

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Eksistensialisme dan Pemikiran Tokoh-tokohnya

29 April 2020   17:44 Diperbarui: 29 April 2020   17:44 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

A. Pengertian Filsafat Pendidikan eksistensialisme

Eksistensialisme adalah sebuah paham yang beranggapan bahwa manusia mempunyai kekuatan/kebebasan dalam menentukan tindakan dan menentukan sendiri nasib atau wujud keberadaannya dan bertanggungjawab atas pilihan tersebut. Aliran ini dibagi menjadi dua yaitu teitis dan ateitis. 

Teitis beranggapan bahwa manusia memiliki bereksistensi namun atas pengaruh kehendak tuhan. Sedangkan ateitis berkebalikan yang dimana manusia mempunyai kebebasan dalam bereksistensi terlepas dari kehendak tuhan. Perbedaan pemikiran dalam eksistensialisme berawal dari anggapan esensi mendahului eksistensi atau eksistensi mendahului esensi.

Sebagian yag berpikir esensi mendahului eksistensi beranggapan manusia memiliki keterbatasan dalam dunia ini, dan Tuhan menjadi penolongnya. Ini adalah orang teistik.

Sebagian lainnya, eksistensi mendahului esensi. Segala sesuatu yang dikatakan benar itu yang terlihat. Yg tak terlihat tidak pernah ada, semuanya tidak ada kecuali diri kita dalam kehidupan ini. Inilah sebagian penganut atheistik.

Sedangkan dalam dunia pendidikan, misal ya, orang yg dikatakan pinter kalau nilainya bagus. Dalam pendidikan aliran eksistensialisme sangat berpengaruh dalam kemajuannya seperti dalam sebuah kompetensi. 

Kompetensi disini bisa menjadi wajah untuk mengeksplorasi potensi yang ada dalam peserta didik. Sehingga peserta didik dapat bereksistensi atau mewujudkan keberadaanya dalam dunia pendidikan. Guru juga dapat berkontribusi yaitu dengan cara menggali, membimbing,  dan memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan potensinya.

B. Pemikiran Tokoh-tokoh filsafat pendidikan eksistensialisme
1. Jean Paul Satre

Pencetus filsafat eksistensialisme yang lebih menekankan kebebasan manusia. Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang dia suka apa yang dia pilih. 

Dalam dunia pendidikan berpendapat bahwa peserta didik diharuskan percaya diri dengan potensi yang dimilikinya. Perbedaan Jean Paul Sartre dari tokoh-tokoh lainnya adalah beliau berpendapat bahwa manusia dalam keberadaan/eksistensinya bisa mendahulu esensinya berbeda dengan benda dimana keberadaan suatu benda sekaligus menjadi esensinya.

2. Soren Kierkegaard

Berpendapat bahwa eksistensi manusia adalah eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi adalah bereksistensi dalam suatu perbuatan yang dilakukan semua orang bagi dirinya sendiri. 

Menurut beliau kebenaran adalah kebenaran untuk aku atau untuk diri sendiri karena para filosof sebelumnya hanya melihat dari segi teoritis yang bersifat objektif dalam mencari kebenaran. 

Hal ini tidak menempatkan diri mereka sendiri sebagai subjek dalam penelitian kebenaran tersebut. Oleh karena itu menurut Soren Kierkegaard sangatlah penting untuk menunjukkan eksistensialisme dari teoritis dan konsepsi tersebut dalam diri kita sendiri. 

Dimana dalam diri kita terdapat pengaktualisasian didalamnya dari teoritis dan konsepsi yang mereka dapatkan yang berupa refleksi obyektif dalam menemukan kebenaran yang obyektif. 

Kebenaran yang obyektif adalah kebenaran yang berasal dari diri manusia itu sendiri. Konsepsi dan gambaran tidak memiliki arti jika tidak tumbuh atau tertanam dalam diri kita sebagai subyek dari penelitian kebenaran tersebut.

3. Martin Buber

Berpendapat bahwa eksistensi adalah nilai eksistensi manusia tidaklah murni dari individualis semata tetapi dengan adanya relasi bersama maka dapat menunjukkan eksistensi dirinya dan teman relasinya tersebut. 

Martin Buber memiliki pemikiran prinsip dialogis yang berisi manusia dimana memiliki 2 macam relasi yang secara fundamental berbeda. Relasi pertama adalah relasi terhadap barang/benda yang disebut "aku itu". Kedua adalah relasi antara manusia dan tuhan.

4. Martin Heidegger

Berpendapat eksistensialisme lebih dikenal sebagai bentuk gaya berfilsafat.  Tokoh utama atau subyeknya adalah manusia dengan bagaimana caranya atau strategi beradanya dia ditengah maklukh-maklukh lainnya. Pemikiran ini sangat berhubungan dengan humanisme dimana sikap manusia yang memanusiakan manusia. 

Banyak orang modern sekarang hanya melihat dari sisikuantitas, materialistik, dll. Dengan adanya eksternalisasi eksistensialisme menurut Martin merupakan salah satu bagian filosofi keberadaan dengan hal-hal sekitar. 

Apa yang  dimaknai dari luar tersebut yang secara eksternal tidak akan terlepas dari individual eksistensi dari manusia itu. Tergantung bagaimana cara dia memahami dari apa yang mereka pelajari.

5. Karl Jasper
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan yang seutuhnya atau sebebas-bebasnya yang nantinya akan mempunyai keterbatasan. Keterbasan dibagi menjadi empat, yaitu penderitaan, perjuangan, kebersalahan, dan kematian. 

Maksudnya meskipun manusia bebas melakukan apapun pada akhirnya manusia akan dihadapkan dengan dua pilihan yang bercabang. Untuk memilih antara dua pilihan itu manusia akan memikirkan penderitaan, perjuangan itu sulit atau tidak, menyakiti orang lain sehingga memiliki kesalahan atau tidak, dan kematian, kalau kematian pasti semua orang akan mati dan merupakan batas akhir manusia.

6. Gabril MarcelKarl Jasper

Berpendapat tentang hakikat keberadaan bahwa mengerti atau memahami keberadaan diri sendiri atau orang lain. Berarti kita tidak boleh egois hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga harus memikirkan keberadaan orang lain juga. 

Mengartikan eksistensialisme menggunakan medite klasik seperti keberadaan (being), proses menjadi (becoming), dan eksistensi. Ketika sudah menghargai keberadaan diri sendiri, orang lain, adanya kesepakatan dan pasti adanya partisipasi.

7. Paul Tillich

Berpendapat bahwa mengartikan eksistensilisme dalam 3 kategori yaitu point of view ( sebagai pandangan hidup), as protes (gerakan protes), as expresstion (sebagai ungkapan). Dari 3 kategori maksud dari Tilich itu bahwa eksistensialisme bersifat universal atau menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun