Mohon tunggu...
Jihan Agnel
Jihan Agnel Mohon Tunggu... Penulis - Your secret writer

You matter. No matter what.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjadi Penulis (Kembali)

26 Januari 2019   16:57 Diperbarui: 26 Januari 2019   17:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya, salahnya sebagai perempuan aku kurang peka akan hal ini. Lalu hal yang ditakutkan pun menjadi kenyataan. Malam itu juga hubungan kami berakhir dengan sebuah alasan. Entahlah, semoga aku tidak terlalu bodoh untuk memercayai alasannya.

Terhitung hari pergantian usiaku, aku menutup diri dari dunia tulisan. Aku tidak lagi menulis novel, cerpen, bahkan puisi. Bodoh bukan? Sebab hatiku masih terlalu sakit untuk mengingat segalanya. Sebuah dunia yang sangat aku senangi dan keproduktifanku justru ketika bersamanya. Seseorang yang kini hilang dari hidupku. 

Semoga ada yang mengerti dengan situasi ini. Tapi hal tersebut hanya bertahan selama satu bulan. Aku kembali memutuskan untuk menulis sebagai pengalihan pikiranku. Oiya, hubunganku degannya sudah benar berakhir dengan tidak adanya komunikasi sama sekali. Entah, kepergiannya masih seperti teka-teki bagiku.

Sayangnya project novel yang sedang kutulis, aku hentikan. Sebab aku berpikir bahwa segala yang aku tuliskan adalah curhatan, pelampiasan emosi semata, tanpa ada alur yang jelas dan makna yang tepat untuk disampaikan kepada pembaca. Aku menghentikannya dan kembali menghilang dari dunia tulis. 

Aku juga resign dari tempat kerjaku sebelumnya yang kebetulan memang masa kontrakku sudah habis dan tidak aku perpanjang. Niatku untuk segera mendapatkan pekerjaan agar sibuk sehingga pikiranku akan teralihkan, tidak hanya memikirkan alasan sebenarnya seseorang itu meninggalkanku. Iya, jujur, meski sudah lebih dari 3 bulan berpisah dan tidak terciptanya komunikasi antara kami, aku masih penasaran dengan alasan ia meninggalkanku. 

Walaupun memang alasan bisa saja diciptakan, bisa jadi karena memang diriku sudah tidak lagi menarik atau perasaannya teralihkan pada hal lain. Bila dipikir sekarang, untuk apa aku begitu penasaran? Keadaanpun sepertinya sulit untuk berubah bila aku menemukan jawabannya. Tidak selamanya segala pertanyaan memiliki jawaban saat itu juga, bukan?

Kini aku bekerja di sebuah radio kesehatan. Alasan pertama aku terus berjuang di sini karena aku merasa di sini aku bisa mendapatkan 'sesuatu' entah apa itu. Lalu setelah dijalani sepertinya aku mulai paham mengapa memang sebaiknya aku berada di posisi ini. Barangkali di sini, aku menemukan cara lain untuk lebih bisa berdamai dengan masa lalu dan diriku sendiri. 

Terlebih pekerjaannyapun aku nikmati, sangat. Karena memang semuanya sudah digariskan seperti itu oleh Tuhan. Oiya lalu bagaimana dengan perjanjian kontrakku untuk menerbitkan cerita secara online? Sampai sekarang aku tidak mendapat email balasan. Tidak mengapa, aku tidak pernah menyesalinya. Pasti ada hal lebih baik kelak, insyaAllah.

Berbicara mengenai writer's block, aku mengalaminya berbulan-bulan. Bukan karena aku malas, lelah bekerja seharian, atau kehilangan kata-kata, namun karena aku menutupi diriku dari dunia ini. Dunia yang sebetulnya menjadi panggung bagi diriku. Aku menjadi takut untuk menunjukkan pada dunia bahwa aku akan menjadi diriku sendiri di dunia ini. 

Aku dibayangi pikiran bahwa tidak akan ada orang yang mau menerimaku seperti dirinya yang pernah membuatku produktif bila aku menunjukkan duniaku ini. Bodoh bukan? Hal itu sama saja dengan tidak bersyukur pada anugerah yang sudah diberikan Tuhan padaku.

Tulisan ini juga menjadi awal kembali bagiku untuk menjajaki dunia ini sekali lagi. Dengan perasaan yang berbeda dan semoga saja dengan pikiran serta emosi yang berkembang. Kepada siapapun yang merasa diriku terlalu berlebihan dengan berkecimpung di dunia tulisan, sepertinya tidak akan terlalu aku pedulikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun