Pada 28 Juli 2025, Kwik Kian Gie meninggal dunia di usia 90 tahun. Kepergiannya menyisakan duka yang mendalam bagi masyarakat Indonesia. Kwik Kian Gie yang lahir pada 11 Januari 1935 ini dikenal sebagai ekonom senior dan politisi pro-rakyat.
Dia juga dikenal dengan tulisan-tulisannya yang bernas. Tulisan pertamanya di Harian Kompas pada 29 Desember 1973 berjudul "Modal Asing: Pokok atau Pelengkap" misalnya, merupakan sikap kritis atas terbukanya kran modal asing ke Indonesia. Â
Dalam perjalanan hidupnya, Kwik Kian Gie pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (1999-2000) dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (2001-2004).
Saya mulai mengenal Kwik Kian Gie, ketika menulis skripsi berjudul "Fusi PDI: Masalah yang Dihadapi serta Keberhasilannya dalam Pemilu 1987 dan 1992" pada 2009. Keberhasilan PDI dalam pemilu tersebut tidak terlepas dari peran Kwik Kian Gie.
Bergabung dengan PDI
Kwik Kian Gie mulai terlibat dalam bidang politik bermula ketika dia bergabung di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1987. Waktu itu, PDI membuka ruang selebar-lebarnya bagi kaum muda dan profesional.
Bagi PDI, Kwik Kian Gie adalah sosok potensial yang bisa menggerakkan roda partai. Dia diharapkan dapat menjadi magnet bagi kaum profesional dan mendapat simpati masyarakat keturunan Tionghoa.
Sementara itu, ketertarikan Kwik Kian Gie pada PDI adalah untuk menyalurkan semangat idealismenya. Pada waktu itu, PDI memang diproyeksikan sebagai partai alternatif bagi massa muda. Â
Kwik Kian Gie mengatakan bahwa dia memilih PDI karena partai ini menawarkan kebebasan dalam menentukan pikiran dan sikap. Sebagai partai, PDI memberikan kebebasan kepada warganya tanpa adanya ewuh pakewuh dan rasa takut kepada warganya.
Peran di PDI