Mohon tunggu...
jhon merari
jhon merari Mohon Tunggu... Visual Artist, Writer, and Content Creator -

Produsen Konten / Instagram : @kalikalire / email : jhnmerari@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bilan Iya Ternyata Tidak - Bagian Perempuan

14 Januari 2019   15:00 Diperbarui: 14 Januari 2019   15:01 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tempat tinggal megah di ujung komplek berdiri bangga dan tak memandang sekitar. Penghuni rumah lebih sibuk menghitung uang dan eksistensi pergaulan dunia maya maupun dunia realitas. Kepala keluarga sibuk menghitung jumlah saham hari ini. Istri sibuk mengatur janji dengan kolega bisnis dari segala macam kelas sosial. Dua orang anak hanya sibuk melempari komunitas sosial media dengan ratusan selfie berkesan norak. Tapi sudahlah.

Semua penghuni mulai keluar dari tempat tinggal megah menuju tempat rutinitas mereka. Ibu lalu menghibur diri dengan cara membuang uang dan waktu pada dunia maya . Perlahan suasana baik memudar berganti dengan segudang pertanyaan eksistensi. Salah satu rupa adalah ini. Apa hidup baru dan idaman aku memang hanya menyiapkan sarapan, belanja di sosial media, menunggu kedatangan dua anak tiri, lalu pada akhir pekan ibu harus bahkan wajib memamerkan harta suami. 

Apa benar harus begini? 

Ibu beranjak menuju kolam renang. Air berwarna biru tiba-tiba menggoda ibu untuk berendam dalam hawa tak begitu membara. Ibu spontan melepas busana yang melekat pada tubuh. Kini tubuh melekuk milik ibu sudah polos, tanpa sehelai benang menutupi. Sekilas ibu memandangi sekitar sambil memastikan situasi aman. Ibu lalu membenamkan tubuh dan menahan nafas selama beberapa detik.

Potongan masa lalu hadir memenuhi kepala. Sewaktu ibu berlari menuju bibir pantai bersama pria kurus penuh semangat. Kelihatan air wajah mereka terpancar aura menantang dunia. Muncullah gelora memuncak yang mendorong hasrat membuncah keluar, tanpa pikirkan efek samping. Ibu mengajak pria menikah? Pria hanya mematung. Ibu lalu berpaling pulang, tanpa mau menghubungi pria kurus. 

Tahun berganti tahun. Ibu dipinang seorang juragan dari jakarta. Ia menawarkan semua impian wanita desa. Tentu ibu setuju dan merasa tidak perlu berpikir ulang kembali. Seketika kehidupan miskin berubah jadi kehidupan berada. Di mana ibu bisa meminta segala sesuatu.  Tapi semua itu memang semu semata. Perlahan semua keistimewaan memudar dan berganti tugas tanggung jawab seorang pekerja rumah tangga. Ibu harus mengurusi rumah, memanjankan dua orang anak tiri, dan menjalankan sebuah peran boneka. Ibu muak. Ibu memutuskan menahan nafas sampai berakhir tragis di ujung masa.

Matahari terbenam. Dua pasang anak tiri membuka pintu rumah dan berteriak memanggil nama ibu berulang kali. Mereka kali ini tidak mendapat kecupan mesra dari ibu.  Mereka lalu memilih duduk di atas sofa sambil menunggu kehadiran sang ibu. Satu jam berlalu namun ibu belum juga tiba. Mereka akhirnya berpencar mencari ibu. Satu anak berteriak histeris. Satu anak berlari menghampiri sumber suara. Mereka kemudian berlari keluar dan meminta tolong. Semua orang keluar dari rumah masing-masing dan berbondong-berbondong menyelamatkan ibu. Semua orang tiba-tiba termenung dan melempar tanya pada ibu. Apa sih yang dipikirkan ibu?  

Namun dalam beda dimensi justru ibu bertanya kepada manusia. Apa mereka pikir kehidupan semu menyenangkan?

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun