Mohon tunggu...
Jevon Bernessa
Jevon Bernessa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa sederhana yang mencurahkan coretan isi pikiran di Kompasiana, Yang sudah baca tolong berikan tinggalkan komentar berupa kritik dan saran untuk kedepannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rahasia Sukses Negara Nordik dalam Pendidikan: Apa yang Bisa Indonesia Tiru?

4 Maret 2025   09:34 Diperbarui: 4 Maret 2025   09:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ruang kelas di Finlandia sumber : unplash.com

Negara-negara Nordik---Finlandia, Swedia, Norwegia, Denmark, dan Islandia---konsisten menempati peringkat teratas dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan indeks pendidikan global. Finlandia, misalnya, selama dua dekade terakhir menjadi acuan dunia berkat sistem pendidikannya yang humanis dan minim kompetisi. Lantas, apa kunci keberhasilan mereka, dan bagaimana Indonesia bisa belajar dari model tersebut?  

Guru: Profesi Bergengsi dengan Pelatihan Ketat

Di Finlandia, hanya 10% pelamar yang diterima di fakultas keguruan. Calon guru harus menempuh pendidikan master dengan kurikulum berbasis penelitian dan praktik lapangan intensif. Profesi ini dihargai setara dengan dokter atau insinyur, dengan gaji rata-rata 3.500--5.000 per bulan.  

Bandingkan dengan Indonesia 

- Rasio guru-murid di Indonesia masih timpang: 1 guru untuk 32 siswa (Data Kemendikbud, 2023).  

- Kualifikasi guru belum merata, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).  

Apa yang Bisa Ditiru?

- Meningkatkan seleksi dan pelatihan guru melalui program seperti PPG (Pendidikan Profesi Guru) dengan standar internasional.  

- Merevisi skema sertifikasi guru agar fokus pada kompetensi, bukan sekadar administratif.  

Kurikulum Fleksibel yang Berpusat pada Siswa

Sistem pendidikan Nordik menghindari ujian standar nasional hingga siswa berusia 16 tahun. Alih-alih menghafal, siswa diajak berpikir kritis melalui proyek kolaboratif dan eksplorasi minat. Di Swedia, misalnya, mata pelajaran seperti "Kewarganegaraan Digital" wajib diajarkan untuk menyiapkan generasi melek teknologi.  

Bandingkan dengan Indonesia

- Kurikulum Merdeka Belajar sudah mulai mengadopsi pembelajaran proyek, tetapi implementasi belum merata.  

- Beban administratif guru masih tinggi, menyisakan sedikit waktu untuk inovasi metode mengajar.  

Apa yang Bisa Ditiru?

- Memperkuat pelatihan guru dalam menerapkan kurikulum berbasis proyek.  

- Mengurangi jam mengajar guru untuk memberi ruang persiapan materi kreatif.  

Kesetaraan sebagai Fondasi Utama  

Sekolah negeri di Nordik gratis hingga perguruan tinggi, dengan fasilitas setara di seluruh wilayah. Finlandia bahkan menghapus sistem sekolah "favorit" agar tidak ada kesenjangan antara siswa kaya dan miskin. Hasilnya, gap prestasi siswa di Finlandia terendah di dunia (data OECD, 2022).  

Bandingkan dengan Indonesia

- Masih ada kesenjangan kualitas sekolah di kota vs desa. Contoh: 45% sekolah di Papua belum memiliki perpustakaan (BPS, 2023).  

- Angka putus sekolah di jenjang SMP-SMA masih tinggi (5,5%) karena faktor ekonomi.  

Apa yang Bisa Ditiru?

- Memprioritaskan pembangunan infrastruktur pendidikan di daerah tertinggal.  

- Memperluas program beasiswa afirmasi untuk siswa dari keluarga prasejahtera.  

Investasi Besar-besaran di Sektor Pendidikan

Negara Nordik mengalokasikan 6-7% dari APBN untuk pendidikan, dengan transparansi anggaran yang ketat. Di Denmark, dana pendidikan tidak hanya untuk gaji guru, tetapi juga riset inovasi pedagogis dan kesejahteraan siswa (misal: makan siang gratis dan konseling mental).  

Bandingkan dengan Indonesia

- Anggaran pendidikan Indonesia memang mencapai 20% APBN (sesuai amanat konstitusi), tetapi 70% habis untuk gaji guru dan biaya operasional (Bappenas, 2023).  

Apa yang Bisa Ditiru?  

- Mengalokasikan anggaran pendidikan untuk program spesifik seperti penguatan TIK di sekolah atau pelatihan guru berbasis AI.  

- Melibatkan swasta melalui skema corporate social responsibility (CSR) untuk mendanai riset pendidikan.  

Belajar Bukan untuk Menghakimi, Tapi Memahami

Di Norwegia, siswa SD tidak diberi nilai angka, melainkan ulasan deskriptif tentang perkembangan kognitif dan emosional. Ujian nasional baru diterapkan di jenjang SMA, itupun bukan sebagai "penentu nasib".  

Bandingkan dengan Indonesia

- Kultur ranking dan ujian nasional masih kental, memicu stres pada siswa dan "guru mengejar target".  

Apa yang Bisa Ditiru? 

- Mengadopsi sistem penilaian portofolio yang mengukur progres holistik siswa.  

- Sosialisasi kepada orang tua agar tidak menjadikan nilai sebagai satu-satunya indikator keberhasilan.  

Penutup: Bukan Menjiplak, Tapi Beradaptasi

Model pendidikan Nordik mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan konteks Indonesia yang multikultural dan memiliki kompleksitas geografis. Namun, prinsip intinya---kesetaraan, kualitas guru, dan fokus pada kebahagiaan siswa---bisa diadaptasi dengan kearifan lokal.  

Pertanyaan Reflektif

Jika Finlandia bisa membangun sistem pendidikan terbaik dunia dari negara yang dulunya miskin sumber daya, mengapa Indonesia tidak?  

Box Fakta Cepat

- Finlandia : Guru hanya mengajar 3-4 jam/hari, sisanya untuk kolaborasi dengan sesama guru.  

- Indonesia : Baru 34% sekolah yang memiliki laboratorium komputer (Kemendikbud, 2023).  

Referensi

1. Laporan OECD tentang Pendidikan Nordik (2022)  

2. Wawancara dengan Prof. Pasi Sahlberg (Pakar Pendidikan Finlandia)  

3. Data Kemendikbud dan BPS Indonesia (2023)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun