Mohon tunggu...
Jessie Sue Liusarany
Jessie Sue Liusarany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Program Studi Bioteknologi, Fakultas Teknobiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Why Whey? Menyingkap Kepopuleran Whey Protein sebagai Suplemen Olahraga

19 November 2022   10:55 Diperbarui: 19 November 2022   11:02 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: HowToGym on unsplash.com   

Olahraga merupakan aktivitas yang menguras energi, sehingga cadangan energi tubuh yang disimpan dalam bentuk glikogen pasti akan berkurang. Glikogen terletak di berbagai lokasi dalam tubuh, yaitu di otot, ginjal, dan hati. Glikogen pada ginjal berperan penting dalam keberlangsungan fungsi sel ketika kadar oksigen sedang menurun, yakni saat berolahraga, karena glikogen dapat langsung digunakan tanpa oksigen.

Konsumsi whey protein berdampak positif karena dapat mempertahankan atau meningkatkan kadar glikogen yang berkurang pada jaringan-jaringan tersebut. Menurut studi yang dilakukan, dipeptida Leu-Val memiliki kemampuan paling tinggi dalam mempertahankan kadar glikogen pada ginjal. Di antara dipeptida yang lain, Ile-Leu merupakan dipeptida yang dapat mempertahankan kadar glikogen hati paling baik dibandingkan pasangan dipeptida lainnya. Selain pada hati, kadar glikogen pada otot juga ditingkatkan oleh Ile-Leu. 

Regulasi nafsu makan dan gula darah

Orang banyak berasumsi bahwa olahraga dapat menurunkan nafsu makan. Ternyata asumsi tersebut dapat dibuktikan dalam studi ini. Tidak lama setelah berolahraga, kadar hormon glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP) serta glucagon-like peptide-1 (GLP-1) mengalami penurunan dalam darah. 

Kedua hormon tersebut terlibat dalam meregulasi nafsu makan, memberikan rasa kenyang, serta menstimulasi produksi insulin dan sintesis lemak. Mengonsumsi whey protein sebelum berolahraga membantu menurunkan kadar hormon GIP dan GLP-1, yang berarti timbulnya rasa kenyang dan berkurangnya nafsu makan bahkan setelah melakukan aktivitas yang menghabiskan banyak energi.

Sehabis olahraga berat, alih-alih merasa bugar, beberapa dari kita justru merasa pusing. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan kadar gula darah saat berolahraga. Gula darah berkurang karena adanya insulin yang menyerap gula dalam darah untuk dibawa masuk ke dalam sel. GIP dan GLP-1 merupakan hormon inkretin yang bekerja untuk menurunkan kadar gula di dalam darah melalui rangsangan insulin. Dengan menekan produksi kedua hormon tersebut, WPH menurunkan produksi insulin sehingga dapat mempertahankan kadar gula darah lebih baik setelah berolahraga. 

Sintesis protein

Salah satu tujuan olahragawan mengonsumsi whey protein adalah untuk mempercepat pembentukan otot. Namun kita mungkin bertanya-tanya, apa pengaruh whey protein terhadap massa otot? 

Protein otot dapat disintesis oleh protein mTOR (mammalian target of rapamycin) yang bekerja sama dengan protein 4EBP1. Asam amino leusin mengaktifkan jalur mTor yang berperan penting dalam proses sintesis protein dan pembentukan massa otot. Dipeptida Leu-Val yang mengandung leusin terdapat di dalam whey protein, sehingga olahraga rutin yang didampingi oleh konsumsi whey protein dapat meningkatkan massa otot tubuh lebih cepat dibandingkan tanpa whey protein

Selain pembentukan otot, WPH juga digunakan dalam pembentukan asam amino. Empat jenis dipeptida yang diuji (Leu-Ile, Ile-Leu, Val-Leu, Leu-Val) dibentuk oleh tiga jenis asam amino yaitu leusin, isoleusin, dan valin. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dipeptida dapat membentuk jenis asam amino lain selain dari komponen pembentuknya. 

Sebagai contoh, Ile-Leu meningkatkan jumlah taurin, sedangkan Val-Leu meningkatkan jumlah sistein. Peningkatan asam amino taurin dan sistein berpengaruh terhadap fungsi otot. Jadi, ekspresi protein yang terinduksi dari WPH dapat memberikan dampak yang berkesinambungan. 

Asam amino glutamin, yang berperan penting dalam mempertahankan fungsi metabolisme sel, akan mengalami penurunan ketika terdapat perubahan dalam homeostasis. Perubahan homeostasis berarti terganggunya kesetimbangan proses yang terjadi dalam tubuh. WPH menstimulasi enzim glutamin sintase untuk membentuk glutamin dengan komposisi nitrogen yang didapatkan dari dipeptida. Dipeptida yang ditemukan paling merangsang pembentukan glutamin adalah Ile-Leu, yang juga mempengaruhi imunitas tubuh. Imunitas tubuh berkorelasi dengan jumlah glutamin karena glutamin merupakan salah satu komponen yang penting dalam respon kekebalan tubuh kita.

Imunitas

Olahraga memberikan stres pada tubuh. Stres tersebut menyebabkan homeostasis tubuh terganggu, sehingga tubuh perlu beradaptasi untuk mengembalikan fungsinya menjadi normal. Terganggunya homeostasis menurunkan imunitas tubuh. Beberapa jam setelah olahraga, terjadi suatu keadaan yang dinamakan “open window”, dimana pada rentang waktu ini, tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi. Heat Shock Protein (HSP), O-β-acetylglucosaminyltransferase (OGT), interleukin (IL), dan nuclear factor kappa B (NF-kB) akan menjadi para pemeran utama dalam proses penyembuhan tubuh sehabis olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun