Mohon tunggu...
Jessica Gresina
Jessica Gresina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student at Atma Jaya Yogyakarta University

Please take a look at my article, Thank you.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Suryakanta: Telaah Tuntas Kultur Lewat Komunikasi

19 Februari 2021   14:14 Diperbarui: 19 Februari 2021   14:30 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: freepik.com

Sekilas tentang Kultur dan Komunikasi

Tentu ketika sebuah objek tidak dapat tertangkap jelas oleh indera penglihatan maka diperlukan sebuah alat bantu. Sesuai dengan makna suryakanta yang berarti kaca pembesar, hakikatnya sebuah objek dapat tertangkap lebih jelas setelahnya. Perumpaan tersebut saya rasa sangat sesuai dengan topik utama yang diangkat pada artikel ini. Kultur dan komunikasi merupakan dua konsep yang luas dan abstrak. Tidak dapat dipungkiri, terkadang sebagai manusia kita terbiasa untuk melihat sesuatu hanya dari permukaan. Konsekuensi yang dapat muncul adalah semakin abainya kita terhadap detail yang justru sebenarnya tidak kalah krusial. Celah tak kasat mata antara kultur dan komunikasi, berpotensi untuk ditelaah hingga tuntas untuk merampungkan rasa penasaran kita.

Sifatnya yang abstrak lagi-lagi mendorong kultur dan komunikasi diasumsikan sebagai sesuatu yang seolah tidak memiliki peranan vital. Berbanding terbalik dengan realita yang ditemukan dalam keseharian praktek kehidupan manusia. Esensi manusia sebagai makhluk sosial mau tidak mau memaksa kita untuk selalu berkomunikasi. Fakta bahwa manusia lahir dari latar belakang budaya beragam pun membuktikan eksistensi kultur tercermin dalam setiap denyut kehidupan manusia. Karenanya, bukan tanpa alasan kuat mengapa kultur atau akrab dikenal sebagai kebudayaan memiliki relasi yang sangat erat dengan komunikasi. Budaya dimanifestasikan dalam bentuk bahasa dan perilaku yang dapat berpengaruh terhadap tindak komunikasi manusia (Junaidi, 2006). Kehadiran budaya membuat kajian komunikasi hadir, begitupun sebaliknya. Usaha mencapai keterpaduan sosial ditengah masyarakat yang terdiri dari kelompok berdasar identitas kultural memang pelik, namun hal ini bukan suatu keniscayaan (Suryandari, 2017).

Uraian diatas tentu membantu memberikan gambaran tentang kondisi kultur dan komunikasi. Petanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah, seberapa jauh kita harus memafhumi konsep kultur dan komunikasi? Selanjutnya, sebesar apa manfaat yang bisa kita peroleh dari mempelajari kajian kultural komunikasi? Untuk mencari tahu jawabannya, maka kita sudah berada pada satu halaman yang sama untuk kemudian besama mencari tahu.

1. Lebih peka terhadap budaya sendiri dan sesama

Kini hubungan dengan sesama adalah suatu hal yang esensial. Membangun relasi dan menciptakan komunikasi yang efektif adalah impian bagi setiap individu. Tantangan yang kemudian munul adalah bagaimana membuat itu mungkin terjadi. Jawaban yang paling utama tentu dengan mempelajari kultur diri sendiri dan sesama. Ketika setiap individu termotivasi untuk mulai mempelajari kulturnya maka akan timbul kepekaan yang kuat. Kepekaan tersebut lah yang menjadi pilar kokoh untuk menopang aktivitas komunikasi antar budaya setelahnya. Seorang yang peka akan dengan cepat menyadari apa yang harus dilakukan dalam setiap situasi yang berbeda. Bukan hanya itu menjadi peka akan budaya sendiri akan memperbesar peluang untuk lebih toleran terhadap budaya lain.

Komunikasi yang terbangun antara orang yang peka terhadap budaya akan mematahkan asusmsi perbedaan sebagai pemecah kesatuan, sebaliknya menjadi suatu yang memperkaya. Contoh sederhananya ketika seseorang yang berasal dari Sumatra dengan kepekaan budaya tinggi, maka ia akan dengan mudah megetahui apa yang harus dan tidak dilakukan kepada seorang yang berasal dari Jawa. Di Jawa, Individu terbiasa untuk berkomunikasi dengan nada bicara yang halus, sedangkan orang yang berasal dari Sumatra yang cenderung berkomunikasi dengan nada bicara tinggi. Oleh karena itu, ia akan menggunakan kepekaannya untuk berkomunikasi dengan nada bicara yang lebih halus. Dengan contoh tersebut, kajian kultural komunikasi terbukti bermanfaat dalam memingkatkan kepekaan budaya seseorang dan sesama.

2. Kemudahan bersosialisasi dan berealasi 

Di tengah dunia dinamis yang bergerak dengan cepat, maka tujuan dari komunikasi adalah untuk membangun relasi. Aktivitas tersebut sering kali kita kenal dengan bersosialisasi. Saat seseorang sudah mengkaji berbagai kultur, maka hal positif yang akan timbul adalah kemudahan melakukan komunikasi sekalipun berbeda kultur atau budaya. Mempelajari kajian kultural komunikasi akan menjadi bekal untuk kita dalam menghadapi dunia global. Pola pikir yang terbuka bukan hanya menempatkan kita pada posisi nyaman dalam masyarakat, namun juga diuntungkan. Faktanya, kini manusia dimudahkan dengan bantuan teknologi dan media sosial untuk membangun relasi tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Saat kita menggunakan media sosial Instagram, maka kita telah bersosialisasi dengan menjadi bagian komunitas global. Jutaan konten dengan berbagai preferensi adalah hal utama yang menjadikan relasi antar pengguna Instagram lebih dekat dan erat, sekalipun hanya dilakukan daring.

Peradaban yang maju membuat manusia tentu dapat melakukan mobilitas, maka manusia pun dituntut untuk dapat beradaptasi secara cepat. Komunikasi yang efektif antar individu dengan latar belakang budaya yang berbeda bisa diraih dari upaya adaptasi. Untuk menggambarkan adaptasi kultural, kita bisa melihat dari bagaimana para pelajar Indonesia ketika melakukan pertukaran pelajar ke luar negeri. Mereka akan dihadapkan pada perbedaan kultur yang ekstrem, namun kajian kultural komunikasi akan membantu mereka untuk beradaptasi dengan mudah. Manfaat kedua ini menunjukan bahwa ketika diri kita terbuka untuk mempelajari kajian kultural, maka proses membangun komunikasi yang efektif akan lebih mudah terlaksana.

3. Pemikiran kritis yang kompleks 

Komunikasi tentunya tidak selalu berjalan sempurna, bisa saja terjadi kesalahpahaman yang memicu konflik antar para pelaku komunikasi. Salah satu upaya yang dapat mengurangi potensi ini adalah dengan pola pikir kritis. Sederhananya kritis membuat individu memiliki pemikiran tajam, sehingga tidak mudah mempercayai hal yang belum pasti kebenarannya. Bias budaya yang memicu kekeliruan seharusnya ditinjau lebih dalam dengan kajian kultural komunikasi. Ketika setiap individu percaya bahwa setiap kultur memiliki tujuan yang baik, maka konflik bisa dihindari. Konflik antar ras dan suku seharusnya dapat dihindari, dengan berangkat dari pemikiran kritis yang kompleks. Manfaat dari mempelajari kajian kultural komunikasi disini memang akan sulit untuk dilihat dalam sekejap mata. Sebaliknya pengembangan kognitif seseorang kearah kritis akan menguntungkan untuk komunikasi jangka panjang.

Sebenarnya masih banyak lagi manfaat mempelajari kajian kultural komunikasi yang dapat digali. Namun, tiga manfaat di atas nampaknya sudah cukup memberi gambaran akan pentingnya membekali diri dengan kajian kultural komunikasi. Sebagai generasi muda yang cerdas dan terbuka terhadap perubahan, sudah seharusnya hal ini menjadi fokus utama kita. Urgensi lainnya datang dari latar belakang geografis setiap negara yang jelas memiliki lebih dari satu kultur. Seperti Indonesia, yang sangat kaya dalam segi kultur, maka hal itu juga lah yang menuntut kita untuk senantiasa menaruh perhatian terhadap kajian kultural komunikasi. Kita pun harus menyadari, komunikasi seharusnya menjadi jembatan pelebur untuk meruntuhkan ego setiap individu. Memang diperlukan waktu dan proses panjang, tidak jarang dihadapkan pula pada jatuh-bangun. Namun, seperti kata pepatah lawas tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Niscaya, bahwa kondisi selalu berubah menjadi lebih baik, dan akhirnya kita semua bisa saling hidup berdampingan, sekalipun dengan kultur yang beragam. Ingatlah, tidak ada yang salah dengan latar belakang kultur kita, maka belajarlah untuk saling memanusiakan.

Daftar Pustaka:

Suryandari, N. (2017). Eksistensi Identitas Kultural Di Tengah Masyarakat Multikultural Dan Desakan Budaya Global. Jurnal Ilmu Komunikasi. 11(1), 21-28.

Juniadi. (2006). Komunikasi Dan Budaya: Menuju Masyarakat Multikultural. Jurnal Ilmu Budaya. 3(1), 1-65.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun