Mohon tunggu...
Cecilia Eufrasia Jessica
Cecilia Eufrasia Jessica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saya senang mempelajari hal-hal baru untuk menambah wawasan dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Jurnalisme Warga di Indonesia?

18 Desember 2023   22:08 Diperbarui: 18 Desember 2023   22:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

Jurnalisme warga menurut Widodo (2020)  hadir untuk menantang keberadaan media mainstream yang mempraktekan jurnalisme satu arah. Jurnalisme warga adalah perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran dan dominasi informasi oleh elite masyarakat. Istilah lain dari jurnalisme warga yaitu public journalism, civic journalism, advocacy journalism, citizens media participatory journalism. 

Jurnalisme warga pada dasarnya adalah kegiatan warga yang mengoleksi berita, membuat berita/memproduksi berita, menganalisis berita dan menyebarkan berita. Awalnya lahir dari Amerika pada tahun 1800an dengan latar belakangnya agar dapat protes kepada pemerintah pada zaman tersebut. Jurnalisme warga murni berasal dari warga untuk dapat berpendapat dan tidak ada tekanan didalamnya dan dapat digunakan sebagai ruang diskusi warga dalam mengkritik pemerintah, membela kelompoknya atau membela isu pada kelompoknya, dan masih lain-lain. 

Bagaimana ciri dari jurnalisme warga? Beberapa ciri dari jurnalisme warga yaitu merupakan partisipasi warga sendiri, melakukan pekerjaan jurnalis, tetapi mereka bukan jurnalis seperti adanya 5W + 1H, melakukan wawancara, melakukan observasi, melakukan analisis. Ciri selanjutnya yaitu berfokus pada isu-isu lokal atau spesifik, adanya ketidak puasan dengan berita yang ada atau berita mainstream. 

Jenis citizen journalism menurut narasi.com memiliki empat jenis yaitu Print Journalism (Menghasilkan sebuah berita dalam bentuk tulisan yang dicetak ke dalam bentuk brosur atau flyer), Broadcast Journalism (Berita dalam bentuk video, foto, tulisan dari warga yang nantinya akan dipublikasikan melalui broadcasting), Internet journalism (Media sosial digunakan untuk menyebarkan informasi berita yang berupa foto, video maupun tulisan), dan yang terakhir adalah Photojournalism (wadah untuk citizen journalism yang memiliki bakat foto yang bagus dan bisa memiliki kesempatan menjadi jurnalis profesional). 

Menurut Widodo (2020), berita dari warga yang dituliskan bersifat subjektif, tetapi juga fairness, accuracy, dan balance. Meskipun berita jurnalisme warga kurang formal, tidak personal, non professional karena dikerjakan dalam waktu luang, tetapi mereka memiliki editor untuk tetap emnjaga fairness, balance, dan objektif meskipun masih condong ke subjektif. Selain itu, berita jurnalisme warga tidak selalu update, jarak dari berita lama dan berita baru bisa bervariasi karena merupakan kombinasi dari jurnalisme tradisional dan juga blog. 

Terdapat 4 bentuk jurnalisme warga yaitu CJ Murni yaitu semuanya berasal murni dari warga dan isu yang dibawakan lebih spesifik contohnya seperti jalinmerapi.com, kemudian CJ yang dimiliki media mainstream yang memiliki ketat verifikasi dan juga adanya gatekeeping untuk menjaga tulisan dari warga tetap fairness, balance, dan objektif. Contoh dari CJ yang dimiliki oleh media mainstream adalah Kompasiana. Bentuk yang ketiga adalah portal forum yaitu web untuk berbagai informasi seperti kaskus contohnya yang berisi informasi yang dibagikan antar warga. Terakhir adalah portal komen yaitu komentar warga atas informasi yang muncul di portal media
mainstream atau dapat juga diartikan warga mengomentari sebuah berita seperti yang ada pada Detik.com.

Terdapat beberapa tantangan yang ada pada jurnalisme warga. Tantangan yang pertama seperti problem etika yang ada pada jurnalis, karena tidak semua jurnalisme warga mengerti dan paham mengenai etika jurnalistik yang ada di Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi tantagan atau masalah ketika jurnalisme warga diajukan tuntutan oleh pihak lain yang merasa tersingung dengan hasil berita dari jurnalisme warga tersebut. 

Hal ini juga menjadi tantangan selanjutnya yaitu jurnalisme warga tidak ada perlindungan dari dewan pers. Mengapa tidak ada perlindungan? Hal tersebut karena jurnalisme warga tidak diakui oleh dewan pers. Tidak adanya pembekalan kemampuan teknis dan etis layaknya profesional media pada jurnalisme warga, tidak paham mengenai kode etik juga menjadi faktor tidak diakuinya jurnalisme warga oleh dewan pers. 

Beberapa jurnalisme warga yang ada juga sangat minim dengan verifikasi sehingga proses produksi sebuah berita juga tidak ketat. Hal ini juga menjadi tantangan karena tidak semua jurnalisme warga sama updatenya dengan jurnalisme arus utama yang setiap harinya bahkan minggunya selalu memiliki target dalam update sebuah berita. Masalah ini juga berkaitan dengan pendanaan karena kurangnya minat masyarakat pada laman portal jurnalisme warga sehingga tidak adanya atau jarang adanya pendanaan dari donatur dan juga iklan yang ada dalam sebuah laman portal berita. 

Meskipun jurnalisme warga memiliki banyak tantangan tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang menggunakan laman portal jurnalisme warga yang ada untuk berbagi opini, tempat latihan untuk menjadi jurnalis, dan juga sebagai platform bagi para penulis yang suka menuliskan apa yang mereka sukai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun