Mohon tunggu...
jesika Isabela samiki
jesika Isabela samiki Mohon Tunggu... Mahasiswa

mendengarkan musik,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menunggu di Tengah Janji

2 Juli 2025   10:59 Diperbarui: 2 Juli 2025   10:59 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang kekasih saling memeluk hangat, menggambarkan keteguhan hati dalam menanti sebuah janji

Di bawah langit Kyoto yang ditaburi bunga sakura, kisah Biyu dan Takumi bersemi. Mereka memulai cinta saat SMA, lalu berjanji tetap bersama meski Takumi kuliah di Tokyo dan Biyu tetap di Kyoto. Awalnya, cinta jarak jauh mereka terasa kuat dikuatkan pesan-pesan manis, tawa lewat video call, dan janji-janji yang bersemayam di hati.

Namun waktu menguji. Kesibukan, rasa sepi, dan perhatian yang tak lagi sama mulai mengikis rasa percaya. Biyu mulai dekat dengan Haru, teman sekelas yang selalu ada. Di sisi lain, Takumi menemukan kenyamanan dalam sosok Reina, gadis ceria yang mengisi kekosongan hatinya.

Komunikasi mereka memburuk. Rindu berubah jadi kecewa, dan akhirnya mereka memilih berpisah bukan karena cinta hilang, tapi karena hati tak lagi saling menemukan.

Tahun berlalu. Takumi dan Biyu menjalani hidup masing-masing, namun bayang satu sama lain tak pernah benar-benar pergi. Takumi yang kini bersama Reina, masih menyimpan foto Biyu. Biyu yang terlihat tenang di perpustakaan tempatnya bekerja, menyimpan ruang kosong yang belum pernah tersentuh lagi.

Takdir mempertemukan mereka kembali tak sengaja, tak terduga. Di lorong perpustakaan, Takumi merasa melihat Biyu. Tapi saat ia mendekat, sosok itu telah hilang. Hanya aroma buku dan sunyi yang tertinggal. Di kemudian hari, mereka bertemu sungguhan di tepi danau. Dengan ragu dan air mata, mereka saling membuka luka, saling menyampaikan isi hati yang lama terpendam.

"Kalau begitu... jangan pernah lepaskan aku, Takumi," bisik Biyu dalam pelukan yang hangat namun penuh luka.

Reina akhirnya melepaskan, menyadari bahwa cinta sejati tak bisa dimenangkan lewat pertarungan. Di kafe kecil, ia dan Biyu bertemu. Bukan sebagai rival, tapi sebagai dua perempuan yang pernah mencintai pria yang sama, dan kini belajar merelakan.

Kini, Takumi dan Biyu kembali saling merajut, perlahan namun pasti. Mereka tahu cinta tidak selalu datang kembali dalam bentuk yang sama, tapi jika masih ada rasa yang ingin diperjuangkan, maka waktu bukanlah penghalang melainkan jembatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun