Mohon tunggu...
Jescinka Priendisaputri
Jescinka Priendisaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa pasif yang menulis ketika ingin saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realisme Struktural: Analisis Unsur Realisme Ofensif dan Realisme Defensif

18 Oktober 2023   04:50 Diperbarui: 16 November 2023   12:05 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Untk mengetahui lebih lanjut bisa mmengunjungi laman National Archives atau https://www.archives.gov/research/vietnam-war 

Apa yang terbesit dalam benak anda ketika mendengar atau membaca kata perang? Kerusakan, kekacauan, kekuasaan, perebutan wilayah, korban,  atau lainnya?

Perang secara umum dijelaskan sebagai aksi fisik bersenjata dan non fisik yang intens antara negara, pemerintah atau dalam arti sempit dalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang disengketakan.

Didalam diplomasi tradisional memandang isu militer merupakan isu yang diutamakan oleh suatu negara yakni berupa perang, perang juga merupakan hasil dari sebuah konflik berupa perebutan populasi, wilayah, dan kekuasaan oleh dua negara melalui kekuatan bersenjata. Salah satunya adalah Perang Vietnam atau sering disebut Perang Indocina II yang terjadi pada tahun 1954 hingga tahun 1975. Sebelumnya pada 21 Juli 1954 telah dibuat Perjanjian Jenewa yang salah satunya menyatakan untuk membagi Vietnam menjadi dua yaitu Vietnam Selatan dan Vietnam Utara.

Vietnam Selatan dikuasai oleh Kaisar Bao Dai yang kemudian dilengserkan oleh PM Ngo Dinh dan Vietnam Utara dikuasai oleh Kaisar Ho Chi Minh. Perang Vietnam terjadi karena adanya perbedaan pandangan ideologi antara dua kubu dan tak luput dari campur tangan dari negara adikuasa pada masing-masing pihak yakni Vietnam Selatan dengan pandangan anti-Komunisme digandeng oleh Amerika Serikat bersama ideologi Liberalisme nya dan Vietnam Utara dengan pandangan Komunisme disertai oleh Uni Soviet yang menganut paham Komunisme juga. Adanya perbedaan pandangan antara kedua pemimpin ini menjadi penghalang untuk mereka melakukan unifikasi, Vietnam Selatan pun mengambil langkah pertama dengan menindak kelompok  komunis Vietnam Utara yaitu Viet Minh.

Merespon serangan yang dilakukan oleh Vietnam Selatan, pada 1957 gerliyawan pimpinan komunis yang disebut dengan Viet Cong dan orang-orang penentang Ngo Dinh Diem mulai melawan. Ho Chi Minh mendeklarasikan Perang Rakyat. Setelah berpuluh-puluh kali berperang oleh kedua kubu, Amerika Serikat mengusulkan perundingan yang dilaksanakan di Paris kepada Vietnam Utara yang disambut baik, akan tetapi perundingangan ini tidak membuahkan hasil, sehingga Amerika Serikat melakukan manuver yang memperkeruh keadaan. 

Namun, tindakan ini mendapat kecaman dari Masyarakat Internasional yang mempengaruhi Amerika Serikat kemudian dari tahun 1968 hingga 1973 ada pengupayaan untuk mengakhiri konflik melalui diplomasi. Pada Januari 1973 kesepakatan dicapai, perundingan damai di Paris akhirnya berhasil menghasilkan Perjanjian Gencatan Senjata. Amerika meninggalkan Vietnam pada tanggal 29 Maret 1973, dua tahun kemudian pada awal tahun 1975, Vietnam Utara kembali menyerang ke Selatan dan mengguulingkan pemerintah Vietnam Selatan, pada 1976, Vietnam dipersatukan Kembali menjadi Negara Komunis, dengan nama Republik Sosialis Komunis.

Tokoh Pencetus Realisme Ofensif dan Realisme Defensif

Neorealisme atau realisme struktural adalah teori hubungan internasional yang dicetuskan oleh Kenneth Waltz pada tahun 1979 dalam bukunya "Theory of International Politics". Neorealisme berupaya menata ulang tradisi realis klasik oleh E.H. Carr, Hans Morgenthau, dan Reinhold Niebuhr. 

Dalam sudut pandang Realisme Struktural, sistem internasional bersifat anarkis. Banyak ketidakpastian pada sistem internasional karena mencakup banyak elemen penting yang menyebabkan negara-negara saling bersaing dan berkonflik. Berbeda dengan realisme ofensif dan realisme defensif dalam memaknai tujuan negara dalam bersaing dan berkonflik sehingga realisme struktural dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Pertama, Realisme Ofensif dipelepori oleh John Mearrsheimer, menurutnya sistem internasional memaksa negara untk memaksimalkan kekuatan mereka. Kedua, Realisme Defensif dikemukakan oleh Kenneth Waltz, ia berpendapat bahwa negara seharusnya memaksimalkan kemanan, sebab kekuasaan merupakan kunci menuju keamanan.

Apakah kasus ini termasuk realisme ofensif atau realisme difensif?

Berdasarkan premis diatas kasus Perang Vietnam ini bisa dikategorikan sebagai realisme ofensif ataupun realisme defensif dapat disimak dalam uraian berikut ini.

  • Perang Vietnam ini dapat dikatakan sebagai perang saudara (Civil War), berdasarkan pada kronologi-kronologi yang terangkum dalam kasus antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara tampak kehadiran dua komponen realisme struktural. Vietnam Selatan dan Vietnam Utara sama-sama mencerminkan konsep realisme ofensif walaupun tidak ada tindakan self-help sepenuhnya, hal ini bisa ditandai dengan kegigihan keduanya yang terus mencari peluang untuk mendapatkan kekuatan, atau pengaruh melalui dominasi dan hegemoni baik itu adanya bantuan dari Amerika Serikat terhadap Vietnam Selatan maupun dari Uni Soviet terhadap Vietnam Utara. 
  • Selanjutnya adalah Amerika Serikat, AS memiliki kepentingan untuk menyebarkan paham liberalisme dan mempertahankan Asia Tenggara daripada efek domino oleh penyebaran komunisme. Ketika Amerika Serikat melanggar Perjanjian Genjatan Senjata dan melakukan manuver yang direspon oleh Vietnam Selatan secara ofensif melalui serangan Tet. 
  • Terakhir, tindakan Amerika Serikat menggambarkan dua komponen realisme struktural bisa berjalan dengan serentak, hal ini bisa ditelaah bahwa Amerika Serikat secara ofensif mulai mengintervensi ke Vietnam Selatan karena merasa adanya ancaman dari Vietnam Utara yang akan menyebarkan paham komunis ditambah dukungan dari Uni Soviet. Disini terjadilah fenomena yang disebut Proxy War (Menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung, dan konflik secara langsung yang menimbulkan kehancuran fatal) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
  • Adapun pengiriman-pengiriman pasukan militer untuk menyerang Vietnam Utara dan pangkalan pasokan senjata yang dilakukan oleh Amerika Serikat dapat diartikan sebagai tindakan ofensif. Lalu, secara defensif Amerika melakukan penguatan keamanan dengan membangun dan memperkuat pangakalan militer tantara Vietnam Selatan sebagai bentuk upaya mempertahankan sisi anti-Komunisme yang ada di Vietnam Selatan.

Maka, pengertian yang didapatkan dalam Perang Vietnam tahun 1954 ini dapat diketahui bahwa suatu negara bisa memilih untuk melakukan tindakan ofensif, defensif, maupun ofensif-defensif sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan dan penyusunan strategi dalam menjaga stabilitas negaranya masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun