Mohon tunggu...
Jeri Santoso
Jeri Santoso Mohon Tunggu... Nahkoda - Wartawan

Sapiosexual

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

VSCO-Girl: Memahami Gender dalam Urusan Kekinian

10 Oktober 2019   13:05 Diperbarui: 11 Oktober 2019   19:17 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fashion | Sumber: unsplash.com/@brookecagle Brooke Cagle

Wanita karir, pekerja keras, bahkan hampir setara dengan bidang kerja laki-laki. Itulah kesetaraan gender, salah satu pilar dalam SDG's (Suistanable Development Goals) yang sedang gencar didengungkan di banyak negara.

Dalam sejarahnya, gelombang feminisme pertama dibahas dalam Seneca Falls Convention tahun 1848 di US, mengingat banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. 

Pasca revolusi industri pertama yang dampaknya dirasakan di hampir seluruh negara, banyak perempuan yang dipekerjakan secara paksa di rumah-rumah orang kaya.

Mereka tidak mendapat privilese dalam masyarakat. Hak pilih pun dibatasi dalam urusan politik. Nasnya lagi, tidak sedikit yang direkrut bekerja di rumah-rumah bordil sebagai pekerja sex komersil.

Keterpurukan sosial ini yang kemudian memicu pecahnya gelombang feminisme di Eropa dengan diadakannya aksi-aksi demo di jalanan oleh kelompok buruh perempuan sampai para pekerja sex komersil. Menanggapi hal tersebut, maka dibikinlah sebuah konvensi internasional pada 19-20 Juli 1848 di Kapel Wesleyan, New York.

Dalam konvensi tersebut, dibahas 11 resolusi tentang hak-hak perempuan. Ada deretan tokoh-tokoh besar yang mengorganisir Seneca Falls Convention. Di antaranya: Elisabeth Cady Stanton, Lucretia Mott, Marry M'Cilntock, Martha Coffin Wright, dan Jane Hunt. Kira-kira begitu kilas balik sejarah gelombang feminisme.

Kembali ke vsco-girl. Cara memahami gender dalam urusan kekinian; termasuk fenomena vsco-girl harus lebih terbuka. Salah satunya adalah gender dalam pusaran gaya hidup kekinian. Vsco girl harus dimaknai sebagai media pengungkapan diri wanita untuk merasa disetarakan dalam kehidupan sosial. Perempuan juga punya girl's vibe.

Asalkan jangan memaksakan keadaan ekonomi. Ini yang menjadi masalah. Vsco-girl dengan segala atribut glamornya, mengandaikan bahwa wanita tersebut punya latar belakang ekonomi yang mumpuni. Kalau dipaksakan, bisa crashed jadinya. Itu namanya social climber.

Vsco-girl adalah assignment seorang perempuan. Sekarang, pemahaman tentang gender berkembang. Bukan hanya gender mempersoalkan peran kesetaraan antara pria dan wanita, tapi juga tentang lifestyle, gaya hidup. Gender yang kekinian bukan gender yang dimengerti kemarin-kemarin. Melulu urusan peran. Sisi glamor wanita juga merupakan urusan gender.

Wanita memperoleh strata sosial dalam masyarakat kekinian dipotret dalam dua hal, reward dan kekayaan atau prestasi dan keberpunyaan. Agar merasa disetarakan, dua hal tersebut harus dinaikkan levelnya. Entah menaikkan reward prestasi atau menaikkan level ekonomi. 

Oleh sebab itu, gaya hidup yang tercermin dari tren berpakaian, atribut-atribut yang digunakan; layaknya yang dicirikan vsco-girl, kesemuanya adalah bingkai yang membungkus level sosial seorang wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun