Mohon tunggu...
Jeri Santoso
Jeri Santoso Mohon Tunggu... Nahkoda - Wartawan

Sapiosexual

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

VSCO-Girl: Memahami Gender dalam Urusan Kekinian

10 Oktober 2019   13:05 Diperbarui: 11 Oktober 2019   19:17 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fashion | Sumber: unsplash.com/@brookecagle Brooke Cagle

Generasi kiwari pandai berinovasi. Selain pandai, ternyata mereka juga sangat suka inovasi. Mulai dari urusan budaya sampai gaya hidup kekinian. Ini amat sangat langgeng, apalagi kiblat kejayaan digital yang semakin digandrungi gen-z hari-hari ini bikin peranti media sosial semakin menggebu-gebu. Produk-produk budaya populer bisa jadi merupakan sebuah keniscayaan era digitalisasi.

Dengan sekali klik, informasi dari berbagai belahan dunia mampu diakses melampaui ruang dan waktu. Bisa untuk kepentingan edukasi, hiburan, urusan sosial-ekonomi, sampai tren lifestyle kekinian.

Mungkin di banyak platform media sosial anda pernah melihat tren atau gaya berpakaian seperti ini: seorang perempuan paruh baya, dengan t-shirt yang oversized, atribut lain yang super-branded sekelas Nike atau Vans.

Mengenakan kaus kaki tapi cuma beralaskan sandal, kemana-mana selalu membawa hydroflask, backpack Fjallraven Kanken yang global-pride, swafoto bernuansa grunge era 90an, yang lebih menampakkan eksposure merah jambu. Jika pernah, Anda sedang melihat fenomena; VSCO-girl namanya.

sumber ilustrasi: vice.com
sumber ilustrasi: vice.com
Memang tidak diketahui dengan pasti kapan dan siapa yang pertama kali memperkenalkan tren vsco-girl. Dari banyak tautan di media sosial, muncul spekulasi bahwa vsco-girl berkembang pertama kali di instagram.

Kata vsco sendiri diadopsi dari nama sebuah aplikasi foto editor yang menyediakan banyak preset, bisa digunakan untuk mengatur  color-grading foto agar kesannya lebih instagramable.

Sekali melihat mereka yang cirinya disebutkan tadi, muncul stereotip bahwa mereka sedang mempertontonkan sisi glamor seorang wanita. Ini lumrah, karena fenomena selalu dipotret dalam banyak persepsi. Tapi, ada satu persepsi yang sedikit berbeda. Vsco-girl adalah urusan gender kekinian. Kok, bisa yah? Vsco-girl adalah urusan gender kekinian?

Banyak orang yang salah kaprah memahami gender. Urusan gender seringkali disama-pahamkan dengan seks. Jelas keduanya berbeda. Seks adalah urusan biologis seorang manusia, antara tabir seks sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. Sementara gender adalah seperangkat spesifikasi makna atas peran manusia berdasarkan jenis kelamin mereka (Judith Lorber; 1994).

Jadi apabila secara biologis, anda adalah laki-laki maka tabiat anda harus mencerminkan assignment seorang laki-laki. Begitu pula sebaliknya, apabila anda secara biologis adalah perempuan, maka assignment anda harus mencirikan tabiat seorang perempuan.

Secara sederhana, gender dipahami seperti itu. Bisa ditelusuri kembali. Intinya, jangan memahami gender dalam urusan seks semata. Itu salah.

Tidak ada rumusan pasti memahami gender secara substantif. Karena perkembangan zaman turut menuntut peran laki-laki dan perempuan ikut berkembang. Dari semula perempuan yang hanya mengurusi urusan rumah tangga, sekarang berkembang lebih spesifik.

Wanita karir, pekerja keras, bahkan hampir setara dengan bidang kerja laki-laki. Itulah kesetaraan gender, salah satu pilar dalam SDG's (Suistanable Development Goals) yang sedang gencar didengungkan di banyak negara.

Dalam sejarahnya, gelombang feminisme pertama dibahas dalam Seneca Falls Convention tahun 1848 di US, mengingat banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. 

Pasca revolusi industri pertama yang dampaknya dirasakan di hampir seluruh negara, banyak perempuan yang dipekerjakan secara paksa di rumah-rumah orang kaya.

Mereka tidak mendapat privilese dalam masyarakat. Hak pilih pun dibatasi dalam urusan politik. Nasnya lagi, tidak sedikit yang direkrut bekerja di rumah-rumah bordil sebagai pekerja sex komersil.

Keterpurukan sosial ini yang kemudian memicu pecahnya gelombang feminisme di Eropa dengan diadakannya aksi-aksi demo di jalanan oleh kelompok buruh perempuan sampai para pekerja sex komersil. Menanggapi hal tersebut, maka dibikinlah sebuah konvensi internasional pada 19-20 Juli 1848 di Kapel Wesleyan, New York.

Dalam konvensi tersebut, dibahas 11 resolusi tentang hak-hak perempuan. Ada deretan tokoh-tokoh besar yang mengorganisir Seneca Falls Convention. Di antaranya: Elisabeth Cady Stanton, Lucretia Mott, Marry M'Cilntock, Martha Coffin Wright, dan Jane Hunt. Kira-kira begitu kilas balik sejarah gelombang feminisme.

Kembali ke vsco-girl. Cara memahami gender dalam urusan kekinian; termasuk fenomena vsco-girl harus lebih terbuka. Salah satunya adalah gender dalam pusaran gaya hidup kekinian. Vsco girl harus dimaknai sebagai media pengungkapan diri wanita untuk merasa disetarakan dalam kehidupan sosial. Perempuan juga punya girl's vibe.

Asalkan jangan memaksakan keadaan ekonomi. Ini yang menjadi masalah. Vsco-girl dengan segala atribut glamornya, mengandaikan bahwa wanita tersebut punya latar belakang ekonomi yang mumpuni. Kalau dipaksakan, bisa crashed jadinya. Itu namanya social climber.

Vsco-girl adalah assignment seorang perempuan. Sekarang, pemahaman tentang gender berkembang. Bukan hanya gender mempersoalkan peran kesetaraan antara pria dan wanita, tapi juga tentang lifestyle, gaya hidup. Gender yang kekinian bukan gender yang dimengerti kemarin-kemarin. Melulu urusan peran. Sisi glamor wanita juga merupakan urusan gender.

Wanita memperoleh strata sosial dalam masyarakat kekinian dipotret dalam dua hal, reward dan kekayaan atau prestasi dan keberpunyaan. Agar merasa disetarakan, dua hal tersebut harus dinaikkan levelnya. Entah menaikkan reward prestasi atau menaikkan level ekonomi. 

Oleh sebab itu, gaya hidup yang tercermin dari tren berpakaian, atribut-atribut yang digunakan; layaknya yang dicirikan vsco-girl, kesemuanya adalah bingkai yang membungkus level sosial seorang wanita.

Maka bermunculan-lah banyak persepsi. Stereotip kita tentang vsco-girl yang glamor dan imperialis. Wajar saja, itu reward mereka. Itu prestasi mereka. Itulah urusan gender kekinian.

Prasangka seorang pria yang sehat harus mampu menilai seorang wanita secara keseluruhan. Jangan bagian kecilnya saja. Itu baru gender yang kekinian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun