Stunting merupakan kondisi dimana seorang anak terlalu pendek dibandingkan dengan anak pada usia yang sama. Sederhananya, retardasi pertumbuhan adalah pertumbuhan anak yang terhambat. Penyebab utama pertumbuhan terhambat adalah kurangnya asupan makanan pada masa pertumbuhan.
Anak yang mengalami stunting memiliki potensi tumbuh dan berkembang yang belum sempurna serta lebih besar kemungkinannya untuk menderita penyakit tidak menular seperti obesitas, kanker, hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
Stunting pada anak balita disebabkan oleh beberapa faktor yang umumnya dikaitkan dengan kemiskinan, antara lain gizi, kesehatan, kebersihan, dan lingkungan. Ada lima faktor utama penyebab stunting. Hal tersebut adalah kemiskinan, kerugian sosial dan budaya, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, kerawanan pangan dan terbatasnya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan.
1. Ekonomi Rumah TanggaÂ
Pendorong ekonomi  stunting erat kaitannya dengan penyediaan pangan yang mendukung kesehatan anak. Krisis ekonomi menimbulkan permasalahan pada proses tumbuh kembang anak. Ketidakmampuan kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi baik secara kualitatif maupun kuantitatif berdampak negatif terhadap gizi anak.
 2. Pengetahuan IbuÂ
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi stunting.
Untuk menjamin gizi yang baik, ibu memerlukan kemampuan dalam memberikan menu yang bergizi dan seimbang. Tingkat pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap sikap dan perilaku makan.
3. Ketahanan PanganÂ
Gizi buruk dapat menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya dapat menyebabkan stunting. Bagi keluarga yang mengalami kerawanan pangan, penyebabnya mungkin karena kurangnya ketersediaan atau akses terhadap pangan, atau bahkan kurangnya asupan pangan dan zat gizi.
4. Pelayanan MedisÂ
Masih banyak daerah di Indonesia yang kekurangan pelayanan medis. Pelayanan kesehatan sangat penting dalam perawatan anak dan ibu hamil, memberikan pengetahuan gizi yang dibutuhkan ibu hamil dan anak untuk mencegah stunting.
